Imam Husain As dalam Pandangan AhlusunnahDeprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Oleh: Ali Asghar Ridwani
Dengan sedikit merenungi perkataan Rasul Saw ini, maka kita
akan bisa mengetahui bahwa kalimat pertama mengisyarahkan pada poin bahwa
sesungguhnya Husain As berasal dari Rasulullah Saw, karena meskipun ayahnya
adalah Imam Ali As akan tetapi karena berdasarkan nash ayat Mubahalah beliau
merupakan jiwa Rasulullah Saw, maka Imam Husain As tergolong sebagai putra
Rasulullah Saw. Sedangkan mengenai kalimat kedua, kami mengatakan bahwa
setelah menyampaikan risalahnya, Rasulullah Saw tidak lagi bertindak sebagai sosok
secara pribadi melainkan bertindak sebagai sosok penyampai risalah. Beliau
merupakan rahasia dan teladan dimana padanyalah risalah terwujud dengan seluruh
dimensinya. Dengan demikian berarti, kehidupannya tak lain adalah risalahnya
dan risalahnya tak lain adalah kehidupannya. Dari sisi lainnya, kita mengetahui bahwa usaha setiap ayah
adalah memiliki keturunan yang akan menjadi pelanjut generasi dan menjadi
penjaga risalah serta penerus jalannya. Dalam kaitannya dengan Imam Husain As,
karena beliau menghidupkan risalah Rasulullah Saw dengan kebangkitan, revolusi
dan kesyahidannya, maka Rasulullah Saw dalam kedudukannya bersabda, "Aku
berasal dari Husain", dengan artian bahwa pribadiku, risalahku dan
kelanjutan risalahku bergantung pada wujud dan keberadaan Husain As. Oleh
karena itulah sehingga dikatakan Islam diciptakan oleh Muhammad saw dan
dilanjutkan oleh Husain As. Dengan merujuk pada kitab-kitab hadis dan kitab-kitab
terjemahan Ahlu Sunnah, kita akan me.mahami bahwa di mata mereka, Imam Husain
As memiliki kedudukan yang terhormat dan memiliki keagungan yang istimewa. Dan
di bawah ini kami akan mengetengahkan sebagian dari biografi beliau: Kelahiran Imam Husain As 1. Ibnu Abdul Barr menulis: "Husain bin Ali bin
Abi Thalib dengan julukan Abu Abdillah, lahir pada tanggal 5 Sya'ban tahun
ketiga atau keempat Hijriyah dari seorang ibunda bernama Fatimah az-Zahra yang
merupakan putri Rasulullah Saw. Dan hal ini merupakan pendapat dari kalangan
pengikutnya."[1] 2. Pada kitab
Akhbar ad-Duwal dituliskan, "Ketika berita tentang kelahiran Husain As
sampai kepada Rasulullah Saw, beliau segera mendatangi rumah putri kinasihnya
Fatimah az-Zahra As, dan mengangkat bayi mungil yang baru lahir tersebut lalu
mengucapkan azan di telinga kanan dan membacakan iqamah di telinga kirinya.
Pada saat itu malaikat Jibrail turun dan memerintahkan kepada Rasul Saw untuk
memberikan nama Husain kepadanya, sebagaimana hal ini terjadi pula pada saat
kelahiran Hasan."[2] 3. Sibth bin
al-Jauzi mengatakan, "Julukannya adalah Abu Abdillah, dan gelarnya adalah
Sayid Wafa, Wali, Sibth dan Syahid Karbala."[3] Ibadah
Imam Husain As
1. Ibnu Abdurabbah
meriwayatkan bahwa seseorang telah berkata kepada Ali bin al-Husain As,
"Kenapa keturunan ayahmu hanya sedikit?" Beliau menjawab, "Yang
membuatku kagum justru bagaimana dia bisa memiliki keturunan sedangkan dalam
sehari semalam dia melakukan shalat sebanyak seribu rakaat, dengan kondisi
seperti ini bagaimana dia bisa meluangkan waktu untuk para perempuan?"[4] 2. Ibnu Shabagh
Maliki menukil, "Wajah Imam Husain As akan berubah menjadi pucat pasi
ketika berdiri untuk melakukan shalat. Seseorang bertanya, "Keadaan macam
apa ini yang engkau perlihatkan ketika melakukan shalat?" Imam As
bersabda, "Kalian tidak mengetahui di hadapan siapa aku berdiri."[5] 3. Zamakhsyari
meriwayatkan bahwa suatu kali dia menyaksikan Husain bin Ali As tengah
melakukan thawaf di rumah Ka'bah. Beliau bergerak melangkah ke arah maqam
Ismail dan melakukan shalat di sana. Setelah selesai shalat beliau meletakkan
wajahnya di atas maqam dan mulai menangis terisak-isak sambil berkata,
"Tuhanku! lihatlah, hamba kecil-Mu tengah berdiri di depan pintu-Mu,
lihatlah pelayan kecil-Mu tengah berdiri di hadapan gerbang-Mu, dan seorang
pengemis kini berdiri di depan pintu-Mu." Dan beliau mengulang kalimat ini
terus menerus. Setelah itu Imam As keluar dari tempat tersebut dan menujukan
pandangannya pada sekelompok orang yang tengah menyantap sepotong roti. Imam As
mengucapkan salam dan mereka membalasnya lalu mengundang beliau untuk duduk
bersama mereka menyantap makanan. Imam As duduk di dekat mereka dan bersabda,
"Jika makanan kalian ini bukan merupakan sedekah, maka aku akan
menyantapnya bersama kalian." Setelah menyantap makanan, kepada mereka
beliau bersabda, "Sekarang bangkit dan datanglah ke rumahku." Dan
Imam As pun menjamu serta memberikan baju kepada mereka.[6] 4. Dari Abdullah
bin Ubaid bin Umair meriwayatkan dimana ia berkata, "Husain bin Ali As
melakukan 25 kali ibadah haji dengan berjalan kaki, sementara kuda
tunggangannya yang luar biasa itu berada bersamanya."[7] 5. Ibnu Abdul Barr
berkata, "Husain As adalah seorang lelaki yang mulia dan religius. Dia
begitu banyak melakukan shalat, puasa dan haji."[8] 6. Thabari dengan
sanadnya dari Dhihak bin Abdullah Masyriqi menukil bahwa ia berkata,
"Ketika berada di padang Karbala, begitu malam tiba, Husain As dan para
sahabatnya akan mengisi keseluruhan malam tersebut dengan shalat, istighfar,
doa dan tadharru'."[9] Ketabahan
Imam Husain As
1. Dari Imam Ali
bin Husain As diriwayatkan bahwa beliau bersabda, "Aku mendengar dari
Husian As yang bersabda, "Jika seseorang mencemoohku di telinga kananku
dan meminta maaf di telinga kiriku, niscaya aku tetap akan menerima permintaan
maafnya, karena Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bersabda kepadaku bahwa
beliau mendengar dari kakekku yang mulia Rasulullah Saw bersabda, "Seseorang
yang tidak menerima permintaan maaf dari selainnya, maka kelak ia tidak akan
memasuki telaga -Kautsar- ku, baik dia berhak maupun tidak."[10] 2. Salah satu dari
budak Imam Husain As melakukan suatu perbuatan maksiat yang hal ini
mengakibatkannya berhak untuk mendapatkan hukuman, Imam As memberikan perintah
untuk menghukumnya. Namun si budak memohon belas kasih dari Imam As dengan
mengatakan, "Wahai maula dan junjunganku! Allah Swt dalam salah satu
ayat-Nya berfirman, "… dan orang-orang yang menahan amarahnya … ",[11] mendengar perkataan budaknya tersebut, Imam As lantas bersabda,
"Lepaskanlah dia, aku telah meredam kemarahanku", kembali si budak
berkata, " … dan memaafkan (kesalahan) orang ... ",[12] Imam As bersabda, "Aku telah memaafkannya", lalu si
budak melanjutkan dengan berkata, "Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan",[13] dan Imam As pun bersabda, "Engkau bebas di jalan Allah
Swt", setelah itu beliau memerintahkan supaya memberikan hadiah yang layak
untuk si budak.[14] Kemuliaan Imam Husain As
dalam Lisan Rasulullah saw 1. Bukhari dengan
sanadnya dari Na'im menukil bahwa Ibnu Umar telah ditanya, "Apa hukum bagi
seorang muhrim (seseorang yang tengah melakukan ihram) yang membunuh seekor
lalat? Dalam menjawab pertanyaan ini dia berkata, Lihatlah, orang Irak bertanya
tentang hukum membunuh seekor lalat sementara mereka telah membunuh putra dari
putri Rasulullah Saw, sedangkan mereka telah mendengar Rasulullah Saw bersabda,
"Hasan dan Husain adalah bunga-bungaku yang beraroma semerbak dari dunia
ini."[15] 2. Hakim Naisyaburi
dengan sanadnya dari Salman menukil bahwa aku mendengar dari Rasulullah Saw
yang bersabda, "Hasan dan Husain adalah dua putraku, barang siapa
mencintainya berarti dia mencintaiku, barang siapa mencintaiku berarti dia
mencintai Allah dan barang siapa mencintai Allah, maka ia pasti akan masuk
surga. Dan barang siapa memusuhi keduanya berarti dia memusuhiku, barang siapa
memusuhiku berarti ia memusuhi Allah dan barang siapa memusuhi-Nya, maka ia
pasti akan masuk neraka."[16] 3. Demikian juga
dengan sanad dari Ibnu Umar yang menukil bahwa Rasulullah Saw bersabda,
"Hasan dan Husain adalah dua pemimpin para pemuda penghuni surga,
sedangkan ayah mereka lebih baik dari keduanya."[17] 4. Turmudzi dengan
sanadnya dari Yusuf bin Ibrahim menukil bahwa aku mendengar dari Anas bin Malik
yang mengatakan, "Telah bertanya kepada Rasulullah Saw, "Manakah dari
ahli baitmu yang lebih dekat denganmu?" Beliau bersabda, "Hasan dan
Husain." Dan beliau senantiasa bersabda kepada putrinya Fatimah az-Zahra
As, "Wahai putriku, panggilkan kedua putraku kemari", setelah itu
beliau akan menciumi keduanya dan meletakkan mereka di dada mulia beliau."[18] 5. Ya'la bin Marrah
mengatakan, "Kami tengah keluar dari rumah bersama Rasulullah saw untuk
menghadiri undangan. Pada pertengahan jalan Rasulullah Saw melihat Husain
tengah asyik bermain. Dengan cepat beliau melangkah ke depan dan membuka kedua
tangannya lebar-lebar untuk memeluknya, akan tetapi Husain berlari ke sana
kemari, keduanya lantas tertawa hingga akhirnya Rasul saw berhasil
menangkapnya. Kemudian beliau meletakkan salah satu dari kedua tangannya di
bawah dagu Husain dan meletakkan tangan lainnya di antara kepala dan kedua
telinganya lalu menciuminya. Setelah itu bersabda, "Husain berasal dariku
dan aku berasal darinya. Allah mencintai siapa yang mencintainya. Dan
ketahuilah, Hasan dan Husain adalah dua cucu dari cucu-cucuku."[19] Dengan sedikit merenungi
perkataan Rasul Saw ini, maka kita akan bisa mengetahui bahwa kalimat pertama
mengisyarahkan pada poin bahwa sesungguhnya Husain As berasal dari Rasulullah
Saw, karena meskipun ayahnya adalah Imam Ali As akan tetapi karena berdasarkan
nash ayat Mubahalah beliau merupakan jiwa Rasulullah Saw, maka Imam Husain As
tergolong sebagai putra Rasulullah Saw. Sedangkan mengenai
kalimat kedua, kami mengatakan bahwa setelah menyampaikan risalahnya,
Rasulullah Saw tidak lagi bertindak sebagai sosok secara pribadi melainkan
bertindak sebagai sosok penyampai risalah. Beliau merupakan rahasia dan teladan
dimana padanyalah risalah terwujud dengan seluruh dimensinya. Dengan demikian
berarti, kehidupannya tak lain adalah risalahnya dan risalahnya tak lain adalah
kehidupannya. Dari sisi lainnya, kita
mengetahui bahwa usaha setiap ayah adalah memiliki keturunan yang akan menjadi
pelanjut generasi dan menjadi penjaga risalah serta penerus jalannya. Dalam
kaitannya dengan Imam Husain As, karena beliau menghidupkan risalah Rasulullah
Saw dengan kebangkitan, revolusi dan kesyahidannya, maka Rasulullah
Saw dalam kedudukannya
bersabda, "Aku berasal dari Husain", dengan artian bahwa pribadiku,
risalahku dan kelanjutan risalahku bergantung pada wujud dan keberadaan Husain
As. Oleh karena itulah sehingga dikatakan Islam diciptakan oleh Muhammad saw
dan dilanjutkan oleh Husain As. 6. Yazid bin Abi
Yazid mengatakan, "Suatu hari, Rasulullah Saw keluar dari kamar Aisyah dan
pandangannya tertuju ke rumah Fatimah putrinya. Saat itu dari rumah Fatimah
terdengar suara tangisan Husain, lalu beliau bersabda, "Wahai Fatimah!
Apakah engkau tidak mengetahui bahwa tangisan Husain akan menyiksa dan mengusik
ketenangan hatiku?"[20] 7. Hakim Naisyaburi
dengan sanadnya dari Abu Hurairah menukil bahwa ia berkata, "Aku
menyaksikan Rasulullah Saw menggendong Husain bin Ali As sambil bersabda,
"Ya Allah! Aku mencintainya maka cintailah dia."[21] Imam Husain As dalam
Lisan Para Sahabat 1. Anas bin Malik
mengatakan, "Setelah Imam Husain As syahid, pasukan Umar bin Sa'd
mempersembahkan kepala beliau kepada Ibnu Ziyad. Setelah menerima kepala
tersebut, Ibnu Ziyad mulai memukul-mukulkan dan mempermainkan kayu yang berada
di tangannya ke arah gigi-gigi mulia Imam As … dalam hati aku berkata,
"Betapa hinanya perbuatanmu ini Wahai Ibnu Ziyad! Dulu aku menyaksikan
sendiri Rasulullah saw senantiasa menciumi tempat yang saat ini engkau
pukuli."[22] 2. Zaid bin Arqam
mengatakan, "Aku duduk di dekat Ubaidullah bin Ziyad ketika kepala Husain
As diberikan kepadanya. Ibnu Ziyad mengambil kayu kecil dan membuka kedua bibir
Husain As dengannya. Aku berkata padanya, "Hai Ibnu Ziyad! Engkau
memukulkan kayu tepat pada tempat dimana Rasulullah Saw telah menciuminya
berulang-kali." Mendengar perkataan ini Ibnu Ziyad naik pitam dan dengan
nada marah berkata, "Cepatlah bangkit! Engkau hanyalah lelaki tua yang
telah kehilangan akal."[23] 3. Ismail bin Raja'
menukil dari ayahnya yang berkata, "Aku tengah berada di antara sekelompok
orang-orang yang berada di masjid Rasulullah Saw dimana di antara mereka
terdapat pula Abu Sa'id Hadri dan Abdullah bin Umar. Tak berapa lama kemudian,
Husain bin Ali As melintas di samping kami dan mengucapkan salam. Mereka
menjawab salamnya. Abdullah bin Umar diam menunggu mereka selesai menjawab
salamnya, setelah itu dengan suara lantang dia berkata, "Wa alaika salam
wa rahmatullah wa barakatuh." Lalu dia menghadap kepada hadirin dan
mengatakan, "Apakah kalian ingin aku mengatakan siapa penghuni bumi yang
paling dicintai oleh penghuni langit?" Mereka berkata, "Tentu!"
Lalu Abdullah bin Umar mengatakan, "Dan dia adalah lelaki Hasyimi ini,
yang tidak bersedia lagi bercakap denganku setelah perang Shiffin. Ketahuilah,
jika dia rela terhadapku, maka hal ini lebih membahagiakan bagiku daripada
memiliki unta-unta merah."[24] 4. Jabir bin
Abdullah Anshari mengatakan, "Barang siapa ingin melihat penghuni surga
maka dia harus melihat Husain As, karena aku mendengar Rasulullah saw
mengatakan hal ini."[25] Haitsami dalam kitabnya
Majma' az-Zawaid juga menukil hadis ini dan pada ulasan terakhir dia menutup
dengan mengatakan, "Rijal hadis ini adalah shahih dan benar selain Rabi'
bin Sa'd dimana dia adalah tsiqah dan terpercaya."[26] 5. Umar bin Khathab
mengatakan kepada Imam Husain As, "Perkembangan yang ada pada kami (yaitu
Islam) terjadi karenamu."[27] 6. Suatu hari
Abdullah bin Abbas mengambil pelana kuda milik Imam Hasan dan Imam Husain As.
Sebagian yang menyaksikan hal tersebut melecehkan dan mencemooh apa yang tengah
dia lakukan, mereka mengatakan, "Apakah engkau mengetahui bahwa usiamu
lebih tua dari mereka berdua?!" Ibnu Abbas berkata, "Kedua orang ini
adalah putra-putra Rasulullah saw, bukankah merupakan sebuah keberuntungan
bagiku bahwa akulah dan kedua tangankulah yang mengambil pelana kuda kedua
orang ini?!"[28] Imam
Husain As dalam Pandangan Para Tabi'in
1. Muawiyah berkata
kepada Abdullah bin Ja'far, "Engkaulah sayyid dan pemimpin Bani
Hasyim!" Dalam menjawab perkataan Muawiyah ini Abdullah bin Ja'far
berkata, "Pembesar Bani Hasyim bukan diriku melainkan Hasan dan Husain
As."[29] 2. Ketika Marwan
bin Hakam menyarankan pembunuhan terhadap Imam Husain As, Walid bin 'Utbah bin
Abi Sufyan –Gubernur Madinah- berkata, "Wahai Marwan! Demi Allah! Aku
tidak menyukai dunia dan segala yang ada di dalamnya ini menjadi milikku
sementara aku harus membunuh Husain As. Subhanallah! Apakah aku harus
membunuhnya hanya karena ia tidak memberikan baiatnya? Demi Allah! Aku yakin
dengan seyakin-yakinnya bahwa siapa yang membunuh Husain As, maka di hari
kiamat kelak, mizan dan timbangan amal dan perbuatannya akan menjadi sangat
ringan."[30] 3. Ibrahim Nakha-i
mengatakan, "Seandainya aku berada di antara orang-orang yang membunuh
Husain As lalu masuk surga, maka sungguh, aku akan sangat malu dan tidak punya
muka untuk memandang raut wajah Rasul Saw."[31] Imam
Husain As Dalam Pandangan Para Ulama Ahlusunnah
Dengan merujuk pada
kitab-kitab sejarah dan terjemahan-terjemahan Ahlusunnah kita akan menemukan
bahwa Imam Husain As telah menjadi sosok yang mereka puji dan elu-elukan, dan
sebagian dari mereka yang melakukan hal ini adalah: 1. Ibnu Hajar
Asqalani "Husain bin Ali bin
Abi Thalib As, Hasyimi, Aba 'Abdillah, Madani, adalah cucu Rasulullah saw,
setangkai bunga milik Rasul saw dari dunia ini, dan ia merupakan salah satu
dari dua pembesar dan pemimpin para pemuda penghuni surga."[32] 2. Zarandi Hanafi "Husain As begitu
banyak melakukan shalat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lainnya. Dia adalah
seorang lelaki yang pemurah dan mulia. Dia juga telah melakukan ibadah haji
sebanyak 25 kali dengan berjalan kaki."[33] 3. Yafa'i "Aba Abdillah
al-Husain bin Ali As adalah setangkai bunga milik Rasulullah saw, cucu,
pelanjut risalah kenabian, tempat kebaikan, kemuliaan dan kebesaran."[34] 4. Ibnu Syirin "Langit hanya dua
kali menangis, yaitu setelah kesyahidan Yahya bin Zakariya, dan ia tidak pernah
menangis lagi kecuali karena kematian Husain As. Ketika Husain As terbunuh,
langit berubah menjadi hitam pekat sehingga bintang-bintang terlihat bercahaya
pada siang hari sedemikian hingga bintang gemini terlihat oleh mata pada sore
hari. Tanah merah menjadi longsor, dan selama tujuh hari tujuh malam langit
berubah warna seperti bercak-bercak darah."[35] 5. Abbas Mahmud 'Uqqad "Keberanian Husain As merupakan sebuah sifat yang tidak
asing lagi baginya, karena keberanian tersebut merupakan sifat yang mengalir
langsung dari sumbernya. Dan hal ini merupakan sebuah keutamaan yang diwarisi
dari ayah-ayahnya kemudian dia wariskan kepada keturunan setelahnya … tidak ada
seorangpun di antara bani adam yang lebih berani darinya dan melakukan tindakan
sebagaimana yang terjadi di Karbala … dan telah cukup menjadi sebuah kebanggaan
baginya dimana hanya dialah di dunia ini yang selama ratusan tahun tercatat
dalam sejarah sebagai seorang syahid, putra syahid dan ayah dari para syahid
…"[36] 6. Dr. Muhammad Abduh Yamani "Husain As adalah seorang lelaki yang abid dan rendah
hati. Dia senantiasa terlihat dalam keadaan berpuasa dan terbangun pada malam
hari untuk melakukan ibadah. Dia senantiasa berlomba-lomba dengan yang lainnya
dalam melakukan kebajikan, dan dalam persoalan-persoalan kebaikan dialah yang
senanitasa menjadi pihak pertama yang bertindak lebih cepat dari yang lainnya
…"[37] 7. Umar Ridha Kahalah "Husain bin Ali merupakan pembesar Irak dalam masalah
fiqih dan ia merupakan sosok yang pemurah."[38] |