Beriman Kepada Tuhan Yang GhaibDeprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Pertanyaan:
Kaum agamawan senantiasa dan tak henti-hentinya menekankan
peranan dan pentingnya beriman dan meyakini hal-hal yang gaib, yaitu
sesuatu yang tidak dapat diindera secara kasat mata. Nampaknya memang
dalam ajaran agama, banyak hal-hal yang bersifat gaib yang tidak mudah dapat
dipercaya dan diyakini keberadaannya begitu saja. Mungkin karena dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dan berinteraksi dengan hal-hal
yang dapat dilihat dengan kasat mata dan dapat dirasa dengan indera
lainnya. Seringkali kami merenung dan mencoba meyakinkan hati ini, bahwa
Tuhan Yang Gaib itu ada. Surga, neraka, dan hal-hal gaib lainnya jua ada.
Tetapi sangat sulit bagi kami meyakini hal itu semua. Sehingga amal ibadah yang
kami lakukan -boleh dikatakan- hanya ikut-ikutan saja. Dan kami merasa tidak
enak dengan keluarga dan masyarakat, jika tidak mengikuti acara-acara ritual
bersama mereka. Oleh karena itu, melalui goresan pena ini, kami mencoba
mengajukan pertanyaan; Bagaimana kami dapat beriman kepda Tuhan Yang
Gaib? Bagaimana hati ini dapat meyakini bahwa Dia betul-betul ada ? Jawab:
Sebenarnya problem keimanan kepada Tuhan yang bersifat Gaib
dan meyakini hal-hal yang gaib lainnya yang merupakan bagian dari agama -yang
kini sedang Anda alami- banyak dialami oleh masyarakat dunia sekarang ini,
bahkan oleh semua pengikut agama, baik agama samawi ataupun bukan. Pertanyaan
dan keberatan semacam itu merupakan keberatan yang sering kali dilontarkan oleh
kaum materialis terhadap kaum agamawan dan orang-orang beriman. Mereka berkata: “Bagaimana mungkin manusia dapat menerima dan beriman kepada
wujud yang tidak dapat diindera dengan mata. Bukankah kaum agamawan mengatakan
bahwa Tuhan itu tidak memiliki jasad, tidak bertempat, tidak memiliki ruang,
tidak bercorak dan seterusnya. Jika demikian, dengan perantara apa wujud
seperti ini dapat diindera? Kami (kaum materialis) hanya beriman kepada sesuatu
yang dapat diindera oleh mata. Karena wujud yang tidak dapat diindera sama
sekali, sebenarnya adalah wujud yang sama sekali tidak ada.” Berikut ini, mari kita coba mengkaji dan membahas persoalan
dan keberatan tersebut dari beberapa sisi: 1. Sebab utama penentangan Pertama, mari kita pusatkan pandangan kita kepada kaum
Materialis. Jika kita menganalisa sebab-sebab timbulnya penentangan kaum
Materialis terhadap wujud Tuhan Yang Gaib, maka akan kita dapati, bahwa salah
satunya adalah karena kepongahan dan kesombongan mereka. Mereka menganggap ilmu
pengetahuan (sains) sebagai superior atas seluruh realitas. Bagi mereka, ilmu
pengetahuan empiris adalah segala-galanya. Akibatnya, mereka selalu
mengkomparasikan segala sesuatu dengan ukuran pengetahuan empiris tersebut, dan
membatasi sarana pemahaman pada sebab-sebab natural dan material. Menurut mereka,
apapun (termasuk hal-hal yang gaib dan non-inderawi) harus dianalisa melalui
jalan eksperimen. Segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan jalan
uji-coba dan eksperimen, harus ditolak. Satu hal yang perlu dipahami adalah:
Apakah lingkup aktivitas dan penetrasi seluruh ilmu alam itu memiliki batasan
atau tidak? Sudah jelas, jawabnya adalah bahwa lingkup aktivitas ilmu
pengetahuan itu terbatas. Karena, wilayah ilmu-ilmu alam adalah seluruh wujud
terbatas yang bersifat material. Oleh karena itu, bagaimana mungkin sesuatu
yang tidak terbatas dapat diindera dengan sarana yang sangat terbatas.
Dengan kata lain bahwa hal-hal yang bersifat materi dapat diteliti dan
dianalisa melalui jalan eksperimen. Sementara segala hal yang bersifat
non-materi -meskipun hasil ciptaan Tuhan- tidak dapat dianalisa dengan indera
lahiriah dan jalan eksperimen. Selama ini, pernahkan Anda mendengar
seorang ilmuan ternama yang mengadakan analisa tentang wujud ruh manusia atau
binatang melalui eksperimen di sebuah laboratorium? Akal pikiran, hasil
mimpi seseorang, khayalan dan gambaran tentang sesuatu di benak kita, serta
hal-hal lainnya yang bersifat non-materi, mungkinkah dapat diketahui hakikat
dan asal usul kejadiannya melalui jalan eksperimen di sebuah laboratorium? Perlu dipahami bahwa Tuhan Pencipta dan seluruh wujud
metafisis dan hal-hal yang bersifat non-materi, berada di luar wilayah
pengetahuan empiris. Dan sesuatu yang bersifat non-materi dan berada di luar
wilayah natural, tidak mungkin dapat diindera dengan sebab-sebab natural,
seperti eksperimen di laboratorium. Wilayah metafisika bersifat tidak terbatas
dengan dirinya sendiri dan tidak dapat dikomparasikan dan dibandingkan dengan
ilmu-ilmu alam dan pengetahuan empiris. Bahkan setiap jenis ilmu alam dan
pengetahuan empiris itu sendiri, masing-masing memiliki instrumen dan
ukuran-ukuran yang berbeda-beda satu sama lainnya, Ilmu astronomi, anatomi, dan
mikrologi, masing-masing berbeda instrumen-instrumen pengkajiannya. Menurut pandangan ilmuwan materialis, tidak mungkin dan
tidak logis jika seseorang mengajukan pertanyaan atau permohonan sebagai
berikut kepada seorang astronom: “Coba Anda buktikan salah satu mikroba dengan menggunakan
instrumen-instrumen dan alat kalkulasi astronomi!” Demikian pula kita tidak layak untuk berharap dari seorang
spesialis mikroba agar ia dapat menyingkap bintang-bintang senja dengan
menggunakan instrumen-instrumen mikrologi. Karena mereka memiliki wilayah
sendiri-sendiri. Setiap alat hanya dapat digunakan dalam wilayah spesialisasi
ilmunya masing-masing dan tidak dapat digunakan di luar wilayah spesialisasi
dan aplikasinya. Oleh karena itu, ketika alat-alat tersebut berhadapan dengan
hal-hal yang bersifat non-materi yang berada pada wilayah metafisik, maka
alat-alat tersebut tidak akan dapat memberikan jawaban dengan positif (iya)
atau negatif (tidak). Atas dasar itu, kita tidak mungkin dapat mengetahui
kebenaran ilmu-ilmu alam dalam membahas sesuatu yang berada di luar wilayah
naturalnya, lantaran wilayah penetrasinya terbatas pada alam, efek dan
spesialisasinya saja. Jika demikian halnya, maka kebenaran yang dapat diyakini
oleh seorang ilmuwan ilmu alam adalah sebatas apa yang dapat ia analisa
berdasarkan eksperimen semata. Dan seharusnya ia memilih diam ketika berhadapan
dengan masalah metafisika dan hal-hal yang bersifat non-materi, karena masalah
itu berada di luar batas pengkajian dan instrumen wilayah kerjanya. Dan bukan
malah mengingkarinya. August Comte, salah seorang pelopor dan peletak dasar-dasar
filsafat empiris dalam bukunya Beberapa Kalimat Tentang Filsafat Empiris
berkata: “Karena kita tidak memiliki informasi sejak awal tentang
seluruh wujud, maka kita tidak dapat mengingkari adanya wujud sebelum atau
sesudahnya, sebagaimana kita juga tidak dapat membuktikannya. Pendeknya,
Empirisme menghindar dari menyampaikan setiap bentuk pendapat, karena
ketidaktahuan mereka dalam masalah ini. Demikian juga, ilmu-ilmu cabang yang
menjadi fondasi Empirisme, harus menghindarkan diri dari bentuk penilaian atas
awal dan akhir seluruh wujud. Maksudnya, kami tidak mengingkari ilmu dan hikmah
Ilahi serta wujud-Nya, dan kami menjaga diri dalam netralitas; antara
penafian dan pembuktian”. Sebenarnya itulah apa yang kita maksudkan, yaitu bahwa alam
metafisika tidak dapat disaksikan melalui jendela ilmu-ilmu alam. Dan menurut
pandangan orang-orang beriman bahwa Tuhan yang ingin dibuktikan melalui jalan
eksperimen, sebab dan instrumen natural, sebenarnya bukanlah Tuhan yang
sesungguhnya, melainkan Tuhan khayalan belaka. Karena sesuatu yang dapat
dibuktikan oleh sebab-sebab natural dan melalui eksperimen, berada di dalam
jangkauan materi dan spesialisasi ilmu-ilmu alam. Bagaimana mungkin wujud
materi dan natural dapat diyakini sebagai pencipta materi dan alam semesta ini? Dasar keyakinan orang-orang beriman adalah bahwa Tuhan bebas
dari segala bentuk materi dan aksiden-aksiden materi. Dan sekali-kali Dia tidak
dapat dicerap melalui instrumen-instrumen dan alat-alat materi. Oleh karena
itu, kita jangan pernah berharap dan berkhayal bahwa Tuhan Pencipta alam
semesta ini, dapat dilihat pada kedalaman langit melalui alat mikroskop dan
teleskop. Karena harapan dan khayalan semacam ini bukan pada tempatnya. 2. Tanda-tanda wujud Tuhan Secara umum, sarana yang dapat digunakan untuk mengenal
setiap wujud di jagad ini, hanyalah melalui efek-efek dan tanda-tandanya.
Dengan kata lain, bahwa kita dapat mengenal setiap wujud, hanya melalui
efek-efek dan tanda-tanda yang ditimbulkan oleh setiap wujud tersebut, termasuk
wujud-wujud yang dapat kita kenal melalui mata dan indera lainnya. Karena tidak
satu pun wujud yang dapat masuk ke dalam pikiran kita, dan mustahil otak kita
menjadi wadah seluruh wujud. Sebagai contoh, Apabila Anda ingin mengenal dan mengetahui
sebuah benda yang belum Anda kenal sebelumnya dan ingin memahami wujud benda
tersebut, pada mulanya, Anda tujukan pandangan mata Anda ke benda yang telah
Anda perkirakan letaknya, sementara itu, dibutuhkan pula adanya cahaya yang
menerangi benda tersebut, kemudian dari bola mata, pendaran-pendaran cahaya itu
akan terefleksi pada area khusus yang bernama retinoscopy. Kemudian,
syaraf-syaraf indera penglihatan menangkap cahaya tersebut, dan mengirimkannya
ke otak. Setelah itu, barulah Anda dapat mengenal dan memahami benda tersebut.
Dan apabila hal itu Anda lakukan dengan jalan meraba dan menyentuhkan kulit
tangan Anda ke benda tersebut, maka syaraf yang terdapat di bawah kulit Anda
-melalui jalan persentuhan antara kulit dengan benda tersebut- akan
mengirimkan informasi kepada otak Anda, barulah kemudian hal itu dapat Anda
memahami dan mengenalinya. Dengan demikian, bahwa suatu benda itu dapat dikenali dan
dipahami melalui efeknya (warna, suara dan persentuhan kulit). Artinya bahwa
benda itu sendiri, jika tidak dengan jalan sebagaimana dijelaskan di atas, sama
sekali tidak akan pernah berpindah ke otak, benak atau akal pikiran
seseorang. Dan sekiranya tidak ada warna, atau warna ada, tetapi syaraf-syaraf
indera tidak dapat bekerja dan tidak berfungsi lagi, maka seseorang tidak akan
pernah mengenal benda tersebut. Agar materi pembahasan ini lebih mudah dicerna dan dipahami,
kiranya uraian di atas perlu kami tambahkan. Begini, jika seseorang ingin
mengenal dan mengetahui suatu maujud atau fenomena, maka hal itu cukup
dilakukan melalui efek dan peninggalannya. Misalnya seseorang yang ingin
mengetahui apa yang pernah terjadi sepuluh ribu tahun silam pada suatu titik
bumi, maka cukuplah ia mengambil satu cerek keramik atau satu senjata yang
telah berkarat. Kemudian ia mengadakan pengkajian mendalam atas efek-efek dan
peninggalan ini. Dari efek ini ia akan dapat memahami keadaan-keadaan dan
desain kehidupan serta pemikiran masyarakat di waktu itu. Apabila setiap wujud materi, bahkan juga hal-hal yang
bersifat non-materi dapat dikenal dan diketahu melalui pengkajian dan
penelitian ilmiah atas efek-efek dan peninggalannya, apakah seluruh wujud dan
fenomena -yang penuh dengan misteri dan rahasia yang menakjubkan di seluruh
penjuru alam semesta yang membentang ini- tidak memadai bagi kita untuk dapat
mengenal Tuhan Pencipta? Hanya dengan melalui satu cerek keramik, setidak-tidaknya
bagian dari kondisi masyarakat ribuan tahun silam dapat diketahui. Sementara di
alam raya ini terdapat efek yang tidak terbatas, wujud yang tidak terbatas, dan
sistem yang tidak terbatas. Apakah segala efek yang ada ini tidak memadai bagi
kita untuk dapat mengenal-Nya?! Jika kita amati ciptaan alam raya ini, maka
akan dapat kita saksikan pada setiap sudut jagad terdapat tanda-tanda kekuasaan
dan ilmu-Nya. Masihkah Anda berkata, “Kami tidak melihatnya dengan mata, kami
tidak mendengarnya dengan telinga, kami tidak menyaksikannya melalui pisau
anatomi atau teleskop!” Memangnnya hanya dengan mata saja segala sesuatu itu
dapat dikenali dan diketahui? Dan tidak bisa dengan indera lainnya? 3. Terbatasnya indera manusia Dapat dikatakan bahwa sarana dan alat yang diberikan oleh
ilmu-ilmu sains adalah alat yang terbaik untuk menafikan keyakinan kaum
materialis. Pada masa lampau, mungkin saja seorang ilmuan dapat berkata,
“Kami tidak dapat menerima sesuatu yang tidak dapat diketahui dan dikenali oleh
panca indera. Tetapi sekarang ini, berdasarkan kemajuan ilmiah yang berkembang
sedemikian pesatnya telah terbukti, bahwa wujud yang bersemayam di alam semesta
yang tidak dapat diindera, ternyata jauh lebih banyak dibandingkan dengan wujud
yang telah dapat diketahui dan dikenali. Jika kita mengadakan studi
perbandingan antara wujud-wujud yang dapat diketahui dan dikenali dengan
wujud-wujud yang masih belum dapat diketahui yang terdapat di alam raya ini,
maka dapat kita simpulkan hasilnya, bahwa wujud-wujud yang telah dapat
diketahui dan dikenali bernilai kosong dan nihil jika dibandingkan dengan
wujud-wujud yang masih belum dapat diketahui. Sebagai contoh, mari kita coba
renungkan bersama beberapa kasus di bawah ini: a. Para ahli fisika -di dalam ilmu fisika- berpendapat,
bahwa dasar warna tidak lebih dari tujuh macam. Warna yang pertama adalah merah
dan yang terakhir adalah warna ungu. Tetapi, di balik warna-warna itu semua
terdapat ribuan macam warna. Dan kita tidak dapat mencerap dan mengenali ribuan
macam warna tersebut. Mereka beranggapan, bahwa beberapa hewan barangkali dapat
melihat warna-warna tersebut. Sebab perkara ini adalah jelas, yaitu bahwa warna-warna itu
dapat terlihat karena adanya efek gelombang cahaya. Artinya, bahwa cahaya
matahari atau cahaya-cahaya yang lainnya itu tersusun dari warna-warni yang
beraneka ragam. Aneka warna-warni inilah yang membentuk warna putih. Ketika
cahaya ini berpendar menyinari benda, maka benda yang tersinari tersebut
mencerna bagian-bagian yang beragam dari warna-warni pada dirinya. Dan sebagian
lainnya dipantulkan. Warna-warni yang dipantulkan inilah yang dapat kita
saksikan. Oleh karena itu, benda-benda yang berada pada tempat yang gelap tidak
memiliki warna. Perubahan dan keragaman warna dihasilkan dari kuat dan lemahnya
gelombang cahaya. Artinya, apabila gelombangnya kuat hingga mencapai 458 ribu
miliar per detik, maka akan terbentuk warna merah. Dan pada gelombang 727 ribu
miliar per detik, akan terbentuk warna ungu. Di antara warna ini, terdapat
warna-warni yang beragam jumlahnya yang tidak dapat kita cerap dan cerna. b. Gelombang suara yang dapat kita tangkap hanya pada
16 frekuensi per detik hingga 20.000 frekuensi per detik. Frekuensi yang lebih
atau kurang dari hitungan ini, berapa pun jumlahnya, tidak dapat ditangkap oleh
pendengaran kita. c. Gelombang cahaya yang dapat kita cerap dalam setiap
detiknya adalah terhitung dari 458 ribu miliar hingga 727 ribu miliar. Adapun
gelombang cahaya yang lebih atau kurang dari hitungan ini, berapa pun
jumlahnya, tidak dapat kita lihat. d. Kita semua tahu bahwa bilangan makhluk yang dapat dilihat
melalui kaca pembesar (virus dan bakteri) adalah lebih banyak dari jumlah
manusia. Makhluk-makhluk tersebut tidak dapat dikenali dan dicerap oleh mata
tanpa menggunakan mikroskop dan kaca pembesar. Dan betapa banyaknya makhluk
yang paling kecil yang hingga kini belum diketahui dan disingkap oleh sains. e. Sebuah atom dengan strukturnya yang tipikal dan khas, dan
putaran elektron-elektron atas lingkaran proton-proton, dengan kekuatan
raksasanya, hingga saat ini tidak dapat dicerap dan dilihat oleh indera mata.
Dan setiap benda-benda alam natural terbentuk dari atom. Debu-debu yang
terkadang kita lihat berterbangan di udara, terbentuk dari ribuan atom.
Pendapat dan pandangan para ilmuwan yang berbicara ihwal atom, hanyalah
merupakan sebatas teori dan asumsi belaka. Sementara itu, tidak seorang pun
yang menafikan pendapat mereka itu. Termasuk hal-hal yang tidak dapat diindera -padahal realitas
tersebut tidak seorang ilmuan pun yang meragukannya- adalah gerakan planet bumi
yang beraneka ragam. Misalnya, gerakan pasang-surut yang memasuki cortex planet
bumi. Dan akibat pengaruh dari gerakan pasang-surut tersebut, dalam sehari dua
kali tingkatan permukaan (surface) bumi di bawah kaki kita akan naik seukuran
30 centimeter. Sementara itu, tidak satu pun tanda-tanda yang dapat menuntun
kita untuk dapat mengetahui gerakan ini. Yang lainnya adalah udara yang
berhembus di seputar kita, yang nota-bene memiliki beban dan berat yang sangat
besar, dan badan manusia mampu memikul seukuran 16 ribu kilogram dari berat dan
beban udara tersebut. Tentu saja, tekanan ini akan dinetralkan ketika
berhadapan dengan tekanan internal badan yang bagi kita bukanlah sesuatu yang
merisaukan. Sementara itu, tidak seorang pun yang membayangkan bahwa udara
memiliki berat dan beban. Sebelum masa Galileo dan Pascal, masalah ini masih
misterius bagi seluruh manusia. Dan kini, meskipun sains memberikan kesaksian
atas validitas perkara ini, tetapi indera kita masih belum dapat merasakannya.
Kebanyakan dari ilmuwan ilmu alam mengakui keberadaan wujud segala sesuatu yang
bersifat non-inderawi. Contohnya, keberadaan ether -sesuai dengan keyakinan
para ilmuwan ilmu alam- yang memenuhi segala tempat di alam tabiat ini.
Sebagian orang beranggapan bahwa ether ini merupakan sumber seluruh maujud.
Mereka menguraikan bahwa ether ini merupakan wujud yang tanpa beban, tanpa bau
dan tanpa warna, yang memenuhi seluruh planet dan tempat serta merasuk
(infiltrasi) ke dalam seluruh benda, dan tentu saja tidak terlihat oleh kita.
(Ether, derivasi dari kata Yunani, aithēr yang berarti upper air [meta udara],
di atas udara. Dalam chemistry [industri dan ilmu kimia], ether ini
adalah sebuah cairan pelarut yang terbuat dari alkohol, tanpa warna dan tanpa
beban. Biasanya digunakan untuk membius [anaestasia], dengan formula C2H5OC2H5) Oleh karena itu, pendapat yang menyatakan bahwa tak
terinderanya sesuatu adalah dalil atas ketiadaannya, sama sekali tidak
dapat dijadikan alasan. Alangkah banyaknya bilangan benda-benda inderawi yang
memenuhi jagad ini, sementara indera kita tidak mampu mencerapnya. Sebagaimana bahwa sebelum penemuan atom atau wujud-wujud
yang memerlukan kaca pembesar untuk melihatnya (seperti virus dan bakteri),
setiap orang tidak berhak menafikan keberadaan wujud-wujud tersebut. Alangkah
banyaknya bilangan wujud lain yang masih luput dari pandangan kita. Dan sains
hingga kini masih belum dapat menguaknya untuk menyingkap rahasianya. Akal kita
sekali-kali tidak memperkenankan kita -dalam kondisi seperti ini (keterbatasan
sains dan impotensinya dalam mencerap wujud-wujud tersebut)- untuk berpendapat;
menafikan atau menetapkannya. Konklusinya adalah jangkauan indera dan instrumen-instrumen
alam bersifat terbatas, dan kita tidak dapat membatasi alam semesta ini hanya
pada indera dan instrumen-instrumen tersebut. Untuk menegaskan perkara ini, tidak ada salahnya kita
menukil ucapan Flamariun dalam bukunya “Rahasia-rahasia Kematian”. Ia berkata,
“Manusia hidup dalam lembah kejahilan dan ketidaktahuan. Dan ia tidak
mengetahui bahwa susunan badan manusia ini tidak dapat menuntunnya kepada
hakikat-hakikat. Kelima indera manusia ini menipunya dalam segala hal. Dan
satu-satunya yang dapat menuntun manusia kepada hakikat dan kebenaran adalah
akal, pemikiran dan akurasi ilmiah.” Kemudian ia memulai menjelaskan satu
persatu perkara yang tidak dapat dicerap oleh panca indera manusia dan
membuktikan keterbatasan setiap indera. Ia berkata, “Oleh karena itu,
kesimpulannya adalah bahwa akal dan pengetahuan kita hari ini memberikan hukum
pasti kepada kita bahwa terdapat sebagian gerakan-gerakan atom, udara dan
benda-benda, serta kekuatan-kekuatan yang tidak terlihat oleh indera
pengelihatan kita, dan kita tidak dapat merasakan benda non-kasat mata ini
melalui panca indera. Dengan demikian, boleh jadi di sekeliling kita terdapat
wujud-wujud yang lain selain atom, udara dan sebagainya; wujud-wujud hidup dan
memiliki kehidupan yang tidak dapat kita rasakan. Aku tidak berkata bahwa
benda-benda tersebut ada, akan tetapi aku berkata barangkali ia ada. Lantaran
kesimpulan dari penjelasan-penjelasan sebelumnya adalah bahwa kita tidak dapat
berkata segala yang tidak kita lihat berarti tidak ada. Oleh karena itu, ketika
dengan argumentasi-argumentasi ilmiah telah terbukti bagi kita bahwa indera
lahir yang kita miliki tidak memiliki kelayakan untuk dapat menyingkap seluruh
wujud-wujud yang ada dan acap kali indera ini mengelabui kita serta menunjukkan
hal-hal yang bertentangan dengan realitas kepada kita, maka kita tidak boleh
mengkonsepsikan bahwa seluruh hakikat wujud terbatas pada apa yang kita rasakan
dan saksikan. Tetapi, kita harus percaya yang sebaliknya, bahwa barangkali
terdapat wujud yang tidak dapat kita rasakan. Sebelum ditemukannya mikroba,
seseorang tidak berkhayal bahwa terdapat jutaan mikroba di sekeliling setiap
benda dan kehidupan setiap makhluk yang menjadi medan laga bagi mikroba-mikroba
tersebut. Kesimpulannya, indera lahir ini tidak memiliki kelayakan untuk
menyingkap realitas seluruh wujud. Dan satu-satunya yang dapat memperkenalkan
realitas wujud secara paripurna adalah akal dan pikiran kita. Menukil dari ‘Alâ
Itlal al-Madzhab al-Mâddi, karya Farid Wajdi, hal. 4. Jangan sampai Anda berpikiran bahwa sebagaimana elektron dan
proton-proton atau sebagian warna telah tersingkap dengan peralatan ilmiah
dewasa ini, dan dengan kemajuan sains, segala yang tidak diketahui itu nantinya
akan terungkap, maka mungkin saja suatu saat alam metafisika dapat disingkap
dengan instrumen-instrumen dan sebab-sebab natural! Tidak, hal ini tidak
mungkin dapat terwujud. Karena -sebagaimana telah kami jelaskan- bahwa dunia
metafisika tidak dapat ditempuh melalui jalan-jalan natural dan material.
Secara umum, jalan-jalan natural dan material ini keluar dari ranah aktifitas
sebab-sebab materi. Maksudnya, sebagaimana sebelum menyingkap dan mencerap
wujud-wujud ini, kita tidak boleh mengingkarinya, kita tidak berhak -dengan
alasan tersebut- untuk mengatakan bahwa kita telah mengenalinya, sebab-sebab
natural tidak menunjukkan wujud-wujud ini kepada kita, sains tidak dapat
membuktikannya kepada kita, dan ketiadaan wujud-wujud itu merupakan hal
yang jelas, maka - sehubungan dengan dunia metafisika- kita pun tidak boleh
mengeluarkan pandangan. Oleh karena itu, kita harus melepaskan metode-metode yang
salah ini, sambil dengan teliti menelaah dalil-dalil rasional orang-orang
mukmin. Baru setelah itu kita menyampaikan keyakinan kita. Niscaya akan
mendapatkan konklusi yang positif. Kesimpulan dari jawaban pertanyaan Anda adalah bahwa
sebenarnya Anda dan setiap orang yang mau berusaha dengan serius dan
sungguh-sungguh dapat mempercayai dan meyakini, bahkan juga merasakan adanya
hal-hal yang gaib, terutama Tuhan Pencipta alam raya ini. Akal pikiran manusia
memiliki peranan utama untuk mencapai tujuan mulia dan agung tersebut. Bukankah
ruh Anda, akal pikiran dan hal-hal lainnya yang bersifat non-materi yang
terdapat di sekitar Anda itu semua bersifat gaib? Bukanlah Anda senantiasa
merasakan hal itu? Yakinlah, dengan banyak merenung dan memikirkan penciptaan
diri Anda sendiri dan isi alam raya ini, Anda pasti akan mencapai keyakinan dan
keimanan yang kokoh mengenai wujud Tuhan Pencipta dan hal-hal gaib lainnya,
seperti surga, neraka, dan lain-lain. [www.wisdoms4all.com] |