Studi Atas Ide dan Pemikiran Imam Khomeini Tentang PendidikanDeprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Bismill�hirrahm�nirrah�m
Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam tercurah
kepada Rasul-Nya dan pembawa amanat wahyu-Nya. Assal�mu'alaikum warahmatull�hi wabarak�tuh Hingga beberapa tahun setelah wafatnya Imam Khomeini qs,
berbagai hujatan dan distorsi informasi siang-malam terus menerpa dan berusaha
mendiskreditkan yang mulia Imam Khomeini dan revolusi (Islam), namun kita
melihat bahwa masyarakat Islam tetap setia pada tujuan, harapan, dan
nilai-nilai yang dibawa Imam Khomeini. Bukan itu saja, mereka juga sangat rindu
untuk mengenal lebih jauh berbagai persoalan kehidupan, seruan, dan pengarahan
serta rahasia kesuksesan beliau. Sehingga, dengannya semakin bertambahlah
keyakinan dan ketenangan kita. Kami tahu, terdapat beberapa persoalan yang
lebih penting ketimbang persoalan materi yang berjalan searah dengan perjalanan
revolusi Tuhan ini. Secara pribadi, saya melihat bahwa rahasia yang terpendam di
balik perhatian begitu besar masyarakat Islam ini yang menyebabkan kekalahan
berturut-turut bagi masyarakat non-muslim, menggambarkan niat tulus dan
kesucian jiwa yang dimiliki Imam Khomeini. Beliau sangat memperhatikan
pembahasan tentang akhlak, sehingga beliau berulang kali mengatakan,
"Berupayalah engkau untuk memperbaiki hubunganmu dengan Tuhannu, karena
dengannya seluruh urusanmu akan menjadi baik." Acara seminar dan konfrensi yang diadakan para pengajar dan
ulama untuk mengkaji pemikiran dan ide Imam Khomeini tentang pengajaran dan
pendidikan ini telah mendorong kami untuk memberikan beberapa cacatan. Kami memahami bahwa para peserta konfrensi ini telah
menguasai pelbagai masalah pendidikan dengan sempurna, dan dengan ini berhak
memperoleh penghargaan. Di samping, mereka juga mempunyai kedudukan strategis
sebagai landasan kokoh dalam menggali pemikiran Imam tentang pendidikan. Namun,
sesuatu yang harus diperhatikan dengan sangat adalah bahwa Sunnah Nabawiyah
yang merupakan salah satu sumber pengambilan hukum terpenting, tidak hanya
didasarkan pada perkataan Rasulullah saww saja, namun juga dalam perbuatan dan
taqrirnya. Ketiga unsur tersebut merupakan hal pokok dan penting dalam
mengambil kesimpulan hukum. Dan semuanya tidak akan selalu sama. Jika kita percaya bahwa pendapat, teori, dan sikap Imam
Khomeini merupakan salah satu pengikut Rasulullah saww serta sebagai sosok
mukmin hakiki yang akan mengembalikan (kita) kepada pendapat Islam yang hakiki
pula, maka hal itulah yang akan dikokohkan dalam seminar ini. Kita yakin,
melestarikan kebangkitan budaya dan politik yang diwujudkan Imam dapat
dilakukan dengan jalan mematuhi dan mengikuti jejak langkah Imam. Untuk
mengungkap pendapat dan pemikiran Imam, kita harus mempelajari seluruh karya,
pernyataan, dan maklumat beliau, serta melihat dengan jeli perjalanan hidup,
prilaku, dan tindakan beliau. Kami sangat yakin, seluruh sikap, pengajaran, dan
pendidikan Imam yang penuh dengan tingkah laku, perbuatan, dan tindakan
politik, sosial, dan ibadah telah menunjukkan kepada kita tujuan-tujuan
pendidikan Imam yang telah beliau gariskan. Menurut kami, itu merupakan hal
terpenting yang harus diungkap ketimbang muatan yang terkandung dalam perkataan
dan karya-karya beliau, mengingat hal itu tidak hanya mencakup masalah pendidikan
dan pengajaran saja. Perlu kami sampaikan di sini bahwa konfrensi terdahulu yang
membahas pemikiran ekonomi Imam hanya membicarakan seluruh karya, pernyataan,
dan maklumat beliau. Rasanya, jarang sekali kami peroleh pandangan dan
pemikiran, dalam berbagai pembahasan, yang menguak prilaku, perbuatan, dan
sikap Imam dalam persoalan ekonomi dan hukum-hukum fikih yang berkait dengan
masalah ekonomi. Alangkah baiknya jika panitia penyelenggara konfrensi ini
mengambil sisi itu dengan melihat pandangan dan pemikiran tersebut. Dan, kini
telah disiapkan sebuah kumpulan (tulisan) yang berisikan tentang ide dan sikap
yang membicarakan sisi-sisi perbuatan atau prilaku Imam. Kami tidak akan mengatakan bahwa Imam Khomeini menganggap
persoalan tertentu adalah tujuan pendidikan, atau bahwa metode tertentu adalah
metode pendidikan yang benar, kecuali jika kita gabungkan dengan perkataan,
karya, prilaku, perbuatan, dan aktivitas pendidikan Imam. Juga, dengan gambaran
yang muncul dari pemikiran dan tujuan hidup beliau, baik secara umum maupun
khusus. Mungkin, Anda akan banyak mendapatkan pembahasan seputar masalah
pendidikan yang disampaikan Imam dalam posisi menyusun atau mengarahkan sebuah
pemikiran yang menguatkan berbagai persoalan yang berkait dengan teori pendidikan
lain. Seperti, pembahasan tentang fokus pendidikan yang harus diberikan pada
tahap pertama dan lain-lain. Namun, kita harus memperhatikan aspek kesempurnaan
pribadi yang dipaparkan dalam tema-tema tersebut dan keselarasannya dalam
pemikiran. Apalagi dalam masalah keyakinan, kita telah mengetahui betapa
dalamnya pengaruh paham-paham tersebut dalam realita kehidupan. Dan, pada saat
itulah akan menjadi jelas perbedaannya dengan teori-teori lain. Kami ingin mengemukakan tentang pentingnya niat dan perannya
sebagai salah satu rukun penting dalam beribadah dan merupakan aktivitas batin
yang dilakukan oleh hati. Sebuah hadis Nabi saww menyatakan, �Satu kali pukulan yang
dilakukan Ali bin Abi Thalib dalam perang Khandaq lebih mulia daripada ibadah
(seluruh) manusia dan jin.� (al-Mustadrak, jil. III, hal. 34; Bih�r al-Anw�r, jil. XXXIX, hal. 1-2)
Ini tidak dapat diterima atau dijelaskan dengan penjelasan secara material.
Namun, harus dikaji secara mendalam melalui akarnya, yakni dalam hakikat
ma'rifatull�h Imam Ali�salam atasnya. Maksudnya, jiwa suci dan niat tulus yang
dilakukan manusia sempurna tersebut. Pada hakikatnya, ini menjelaskan sebuah
batas pemisah antara aliran pendidikan Islam dan aliran-aliran lain. Atau,
dalam ungkapan lain, kesadaran yang benar atas dasar-dasar pengajaran dan
pendidikan Islam, serta tujuan dan metodenya, memungkinkan kita untuk mengambil
kesimpulan tentang pemikiran, akidah, dan dasar pandangan-dunia Islam. Mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dan lain-lain yang
merupakan cabang-cabang ilmu, dalam perwujudannya membutuhkan pelbagai sarana
dan teknologi. Keunggulan dan kemajuannya, baik yang telah terwujud maupun
belum, telah terbukti dengan adanya kerusakan fatal akibat tidak dihiraukannya
ikatan sebenarnya antara hal-hal yang hakiki dan bukan. Juga, ikatan yang benar
antara pemahaman manusia dengan hakikat-hakikat di luarnya. Menurut Imam Khomeini, pendidikan terlahir untuk memahami
manusia, namun tujuan ini berbalik, yaitu untuk mengetahui wujud Tuhan dan
mengenal Allah Swt, atau yang dikenal dengan nama ru�yah kauniyah tauhidiyah
(pandangan-dunia tauhid). Sangat mungkin, jalan pendidikan hanya satu, namun
memiliki tujuan yang berbeda. Bahkan tujuan-tujuan tersebut secara lahiriah
mungkin terlihat serupa, hanya saja ia berbeda dalam kaidah yang dijadikan
anjakan dalam bertolak, sehingga tampak berlawanan. Dari sini, terlihatlah
bahwa kepentingan utama dalam memahami teori pendidikan Imam sebagai teori
pendidikan Islam adalah dasar-dasar pemikiran, filsafat, dan �irf�n yang menggambarkan sebuah
tonggak dan sumber hakiki dari ide-ide pendidikan tersebut. Tentu saja, ini
tidak berarti kita akan membahas masalah filsafat dan �irf�n, namun untuk
menguatkan (fakta) bahwa terdapat hubungan erat antara pemikiran dan ide
pendidikan dengan dasar-dasar pemikiran, keyakinan, dan pandangan-dunia
seseorang. Sekaitan dengan pembahasan ini, muncullah pertanyaan,
misalnya, apa sebenarnya hakikat wujud ini? Bagaimanakah posisi alam dan dunia
dalam hakikat wujud ini? Dimanakah posisi manusia di alam wujud ini? Apakah
manusia berada dalam kesempurnaannya atau dalam hakikat zatnya? Wujud materi
atau wujud Tuhan? Bagaimana tabiat hubungan manusia dengan fenomena lain dan
dalam prinsip wujud? Bagaimana tabiat hubungan antara manusia dengan Tuhannya?
Apakah ada batasan bagi gerak manusia yang substansial? Lalu, bagaimana tabiat
batasan tersebut? Memperhatikan berbagai pertanyaan yang berkait dengan hal
tersebut dan berusaha mengetahui jawabannya, akan membawa kita pada keinginan
untuk mengetahui dasar-dasar teori pendidikan yang dianut Imam. Masalah ini
dipelajari bukan hanya untuk mengkaji teori pengajaran dan pendidikan menurut
pandangan salah satu teori atau seorang tokoh. Sebab, hal semacam ini tidak
akan menghantarkan kita kepada apapun. Atau, dengan kata lain, ketika kita
membahas tujuan dan metode pendidikan, maka kita harus melihat hubungan antara
metode-metode tersebut dengan tujuan-tujuannya, serta hubungan antara
tujuan-tujuan tersebut dengan pandangan-dunia seseorang. Menurut hemat kami, faktor yang menyebabkan lemahnya
metode-metode pendidikan, khususnya pelajaran agama dalam berbagai jenjang
pendidikan dalam sistem pengajaran kita, juga masalah yang berkait dengan
metode pendidikan khusus dalam masalah-masalah yang berkait dengan ilmu alam
dan ilmu pasti, adalah tidak tersusun dan tersajinya hal itu dalam sebuah
metode pemikiran yang khas. Mungkin hal itu disebabkan lantaran tidak adanya
hubungan logis yang selaras antara jenis pemikiran yang disajikan kepada siswa
dalam ilmu alam, hal-hal yang diperoleh dan ditanamkan kepada individu sekaitan
dengan corak kepribadian, serta pembahasan agama, akidah, dan pendidikan. Di
saat, (kita mengetahui bahwa) pendidikan manusia dalam pandangan Islam,
sebagaimana dikatakan oleh Imam Khomeini, adalah tugas paling penting para
nabi. Sesungguhnya, petunjuk bagi manusia yang berada di balik falsafah
pengutusan para nabi, diturunkannya wahyu dan kitab-kitab suci, bukan untuk
memenuhi kebutuhan sekunder manusia. Namun, pendidikan dan petunjuk yang benar
adalah lahan untuk mewujudkan aspek kemanusiaan manusia. Pendidikan yang benar
adalah pendidikan yang mengembangkan kekuatan hakiki manusia dalam berbagai
sendi (kehidupannya) serta mendorong manusia untuk melakukan aktivitasnya.
Pendidikan adalah sumber peradaban yang sebenarnya. Jika masyarakat
mengutamakan tatanan ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang tidak agamis dan
tidak berketuhanan, maka tiada jalan baginya kecuali hanya untuk menghimpun,
meniru, dan meminjam semata. Meski ditampakkan sebagai metode-metode pendidikan
yang paling tinggi, ia takkan dapat mewujudkan peradaban dimaksud. Sesungguhnya, faktor yang menyebabkan suksesnya Imam dalam
gerak kebangkitan dan revolusinya adalah pengaruh yang dapat mengubah budaya
dan aspek sosial bangsa Iran, atau bahkan dalam pelbagai masyarakat Islam. Hari
demi hari, pengaruh tersebut akan bertambah. Ini terjadi karena Imam Khomeini
melangkah dengan sistem akidah dan pemikiran yang jelas serta berpegang teguh
padanya, baik dalam seluruh perkataan, perbuatan, analisis, maupun pengajarannya.
Begitu pula dalam kepemimpinan keagamaan, kebangkitan, revolusi, pemikiran
ekonomi, politik, dan jenis pemerintahan yang dipilihnya. Di sini, kami tidak
ingin masuk ke dalam perkatan beliau; apakah ada hubungan logis antara
prinsip-prinsip akhlak dengan nilai-nilai pendidikan? Serta, antara dasar-dasar
filsafat dengan pandangan-dunia? Sebaliknya, kami hendak menekankan bahwa
pengingkaran akan adanya hubungan antara perkataan yang bernilai dengan
pendidikan, dan antara dasar-dasar ilmu tentang wujud (ontologi) dengan
pengetahuan manusia dalam sebagian besar teori (pendidikan) adalah pengingkaran
atas sesuatu yang jelas dan nyata. Jika masyarakat tidak berusaha memperhatikan perkembangan
produksi, sistem, dan bangunan budaya yang berlaku di negara-negara maju Barat
sebagai gambaran yang kompleks dan boros, atau paling tidak telah mengabaikan
terjadinya pertentangan antara sistem dengan realitas budaya serta ajaran agama
yang dianut rakyatnya; dan jika jiwa masyarakat ini ingin memetik berbagai hal
berharga, etika, dan keyakinannya, maka mereka harus kembali kepada kebudayaan
hakiki dan agama mereka. Begitulah, mereka telah menderita keadaan seperti itu
dalam berbagai problematika ekonomi, politik, dan sosial. Dan, masyarakat yang
seperti ini bukan saja tidak akan dapat berkembang dengan sebenarnya, tetapi
masalah-masalah tersebut justru akan menambah berbagai kesulitan secara ekonomi
dan produksi, sebagai akibat pengaruh unsur-unsur budaya yang berlaku di
masyarakat Barat. Oleh sebab itu, jika kita percaya bahwa metode pendidikan
Imam merupakan metode yang sesuai dan benar, maka hal ini akan membawa
masyarakat kita menuju jalan kesempurnaannya. Kita harus selalu ingat bahwa
anilasis pendidikan Imam akan memberikan makna dalam naungan sistem yang
bertujuan, bernilai, terarah, dan kuat. Kesimpulannya, setiap orang yang memahami kehidupan Imam
Khomeini dan tahap-tahap kebangkitannya akan memahami dengan baik bahwa sebelum
Imam menjadi politikus, revolusioner, dan rujukan keagamaan tertinggi adalah
seorang pendidik besar dan guru teladan. Dengan petunjuk pemahamannya yang
dalam atas prinsip-prinsip akhlak dan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
agama, beliau mampu mempraktikkannya dalam medan perjuangan untuk memerangi
hawa nafsu, mendidik jiwa dan membersihkan serta mengangkatnya di jalannya,
kemudian melangkahkan kaki untuk mendidik dan mengajar sebuah generasi, yang di
atas pundaknya bersemayam tanggungjawab untuk meneruskan kebangkitan Islam. Barangsiapa ingin mengetahui rahasia keberhasilan Imam, maka
sebelumnya dia harus memperhatikan jenis pendidikan dan pengajaran yang telah
dialami Imam Khomeini sejak kecil, masa pertumbuhan, hingga masa mudanya. Pada
masa mudanya, beliau telah menyususun beberapa buku, diantaranya Syarh Du'a
al-Sahr, Misbah al-Hidayah, Sirru al-Shalah, dan Adab al-Shalah. Kemudian,
beliau menyusun berbagai ajaran Islam tentang 'irf�n, ketika jenis
pengetahuan agama seperti ini sedang mengalami keterasingan. Tulisan tentang
akhlak bersandarkan pada dasar-dasar 'irf�n dan unsur-unsur pendidikan yang
terkandung dalam karyanya yang berjudul Syarh al-'Arbain Haditsan dan Tafsir
Surah al-Hamd, serta seluruh kata-kata akhlak Imam menguatkan fakta bahwa
pergerakan politik dan sosial manapun yang tidak bertujuan mendidik dan mengajar
individu masyarakat manusia, juga menurut Imam Khomeini, adalah sebuah upaya
yang tak berarti dan tiada berguna. Dalam mempelajari berbagai penjelasan dan tulisan Imam
Khomeini tentang pendidikan dan pengajaran, kita memahami dengan baik adanya
kepercayaan beliau bahwa pendidikan adalah sebuah kemuliaan serta merupakan
mukadimah untuk mempelajari barbagai macam ilmu, mulai dari ilmu terapan, juga
ilmu seni dan teknologi, hingga ilmu teoritis murni. Sekaitan dengan ilmu
ketuhanan, beliau mengatakan bahwa ilmu akhlak dan tauhid yang tidak disertai
dengan pendidikan yang benar dan pembersihan jiwa, akan menjadi sarana dalam
melayani para diktator. Dan, setelah itu, ia akan melahirkan pelbagai derita,
kesusahan, dan ketertindasan, seperti yang kita saksikan sekarang ini dalam
masyarakat industri dan kapitalis, bahkan juga dalam masyarakat komunis. Mengapakah mereka yang mengaku sebagai bangsa yang berperadaban
dan maju serta pemilik kekuasaan harus bungkam terhadap berbagai macam
kejahatan, penganiayaan, serta pengkhianatan yang dilakukan di seluruh dunia?
Bahkan, merekalah yang menyebabkan dan mendukung kejahatan tersebut? Mengapa
demikian? Sebab, para penguasa masyarakat tersebut adalah orang-orang
terpelajar, namun tidak terdidik dengan etika yang baik. Pendapat umum orang
Barat dikendalikan dan dikuasai oleh orang-orang yang tidak memperoleh
pendidikan Tuhan dan nilai-nilai mulia serta sekolah para nabi. Tak ada yang
mereka pikirkan kecuali kekuasaan dan kekayaan. Sekaitan dengan itu, Imam
Khomeini memberikan ilustrasi bahwa kekuatan yang didasarkan pada senjata
modern dan kemajuan teknologi yang berada di bawah kekuasan orang-orang yang
tak terdidik bagaikan tanduk-tanduk sapi liar yang tak digunakan kecuali untuk
penghancuran dan pengrusakan semata. Pemerintahan yang berdiri untuk memerangi agama, mendewakan
manusia, membenarkan ide untuk tujuan materi, setelah era kebangkitan Dunia
Barat dan negara-negara yang berada di bawah pengaruhnya, akan jatuh terpuruk
dengan bayangannya di hadapan pemikiran tauhid. Dan pemerintahan tersebut tidak
akan mampu memberikan pertolongan apapun dalam menyelesaikan pelbagai masalah
mendasar yang menimpa manusia. Maka, kita lihat, perlawanan menjadi semakin
meluas setiap hari dan berbagai krisis internal serta derita yang dirasakan
jiwa manusia menjadi semakin parah. Selama kepercayaan kepada Allah dan
pendidikan Tuhan tidak beroleh tempat dalam prilaku individu dan hubungan
kemanusiaan, maka masyarakat manusia tidak akan merasakan kebahagiaan.
Sebaliknya, mereka akan selalu merasakan pelbagai derita dan kesusahan. Imam
Khomeini telah memberikan peringatan kepada kita di sepanjang perjalanan
kemenangan Revolusi Islam dan dalam perjuangannya melawan para penguasa
antek-antek Amerika dan Barat serta dalam mengukuhkan keteguhan sikap bangsa
kita, yang membuat kita bangga dalam menghadapi kekuatan internasional, bahwa
rahasia kesuksesan beliau adalah karena perhatian beliau terhadap pendidikan
yang benar bagi generasi yang mesti mampu mengemban tanggungjawab atas pelbagai
macam perubahan. Menyelesaikan berbagai macam problema mendasar masyarakat,
mewujudkan kesejahteran dan perkembangan ekonomi serta industri, menuntun arah
kebudayan, serta mencukupi segala kebutuhan dalam pelbagai bidang, semua itu
takkan terwujud kecuali dengan pendidikan dan menyiapkan individu yang
terpelajar dan terdidik. Oleh sebab itu, perhatian atas peran pendidikan dalam
jenjang yang berbeda-beda untuk menumbuhkan kepribadian manusia serta memahami
tujuan, aturan, dan metode pendidikam Islam yang benar adalah kunci dalam
menyelesaikan seluruh problema. Sesungguhnya, tonggak Revolusi Islam dan kebangkitan yang
telah ditanamkan Imam Khomeini akan terus berjalan dan berkembang, seiring
dengan tujuan dan metode yang digunakan Imam Khomeini dalam mendorong rakyat
yang besar ini untuk turun ke medan perjuangan dan mengemban tanggung jawab.
Kita telah menyaksikan contoh hakiki atas kesuksesan metode yang telah digunakan
dalam peristiwa-peristiwa yang berkait dengan pertahanan suci tersebut. Lalu,
benarkah bahwa balatentara yang memiliki senjata paling mutakhir, dengan
dukungan militer, ekonomi, media massa, dan hal-hal lain adalah faktor-faktor
yang menyebabkan terwujudnya kemenangan revolusi ini? Ataukah karena iman para
individunya yang telah memperoleh pendidikan Tuhan, sehingga mereka rela
berkorban demi menegakkan nilai-nilai yang tak dipahami dunia materi sekarang
ini? Inilah yang menyebabkan terwujudnya mukjizat-mukjizat tersebut. Sesungguhnya, ide pendidikan Imam Khomeini berasal dari
pemikiran al-Quran, yang telah difirmankan Allah setelah Dia bersumpah sebanyak
tujuh kali dengan fenomena alam dan jiwa manusia. Allah Swt berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (al-Syams: 9-10) Ini berarti, keberuntungan manusia dan masyarakatnya takkan
terwujud, kecuali dengan satu cara; yaitu menyucikan dan mendidik jiwa manusia.
Selain cara tersebut, takkan didapatkan hasil apapun, kecuali kesesatan dan
krisis sosial yang berkepanjangan serta kerugian yang nyata. Imam Khomeini berulang kali mengatakan, "Dunia
berada di hadapan Allah." Sehingga, iman kepada Allah dan pandangan-dunia
yang terpancar darinya serta kemampuan dalam mendidik manusia adalah hal yang
sama. Selama gambaran tentang tauhid jauh dari kehidupan manusia, maka
kebahagiaan, ketenangan hakiki, dan peradaban nyata akan sulit dicapai. Catatan lain yang perlu kami sampaikan di sini adalah bahwa
pabila konfrensi ini memfokuskan perhatiannya pada masalah-masalah lahiriah
saja dan mengabaikan aspek-aspek ilmiah serta maknanya yang hakiki, maka ia
takkan dapat membuahkan hasil yang bermakna. Sebaliknya, malah akan mempersulit
jalan yang ada di hadapan para pemikir yang tengah berusaha melakukan
kajian-kajian seperti ini. Karena itu, ia harus memfokuskan diri pada berbagai
upaya dalam mengungkap tujuan dan metode pendidikan Imam yang terkandung dalam
perkatan, tulisan, dan pidato beliau. Dan yang lebih penting dari itu adalah
metode-metode yang sangat dipegangi Imam di sepanjang hidupnya, yang sejalan
dengan realitas, tidak berlebihan, dan tidak berwawasan sempit. Lalu,
mengartikulasikannya sesuai tuntutan medan sosial. Sekali lagi, kami ingatkan bahwa kita tidak boleh lupa bahwa
Imam Khomeini bukanlah salah seorang di antara orang-orang yang berteori dan
merasa cukup dengan memaparkan teorinya saja, lalu membebankan tugas untuk
mengamalkannya kepada orang lain, baik itu dalam masalah fikih, filsafat,
akhlak, maupun pendidikan. Tetapi, beliau selalu berusaha melaksanakan dengan
segera, segala yang beliau yakini sebelum beliau berpesan kepada orang lain
untuk melakukannya. Sebagaimana telah kami sampaikan, Imam Khomeini menganggap
pendidikan dan penyucian manusia berada di balik falsafah pengutusan para nabi.
Adapun motif beliau dalam setiap pelajaran, analisis, perjuangan, dan
kebangkitannya adalah untuk �membangun hakikat dan hal-hal lain�. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan tujuan tersebut, Imam Khomeini bangkit dengan beban jihadnya yang
panjang dan memimpin revolusi dalam seluruh tahap perjuangannya yang dipenuhi
pelbagai macam peristiwa dan derita. Hingga, beliau berhasil, dengan
berlandaskan pada prinsip-prinsip 'irf�n dan filsafat Islam serta metode-metode
pendidikan nan adiluhung. Sayang, berbagai problema yang merintangi jalan perjuangan
Imam dan pelbagai hambatan yang beliau alami, baik itu blokade, pembuangan,
maupun pengasingan, serta berbagai kesibukan dalam meminpin pemerintahan dan
masyarakat setelah kemenangan revolusi, tidak memberikan kesempatan yang baik
bagi upaya penulisan secara rapi tentang ide, pemikiran, dan teori-teori Imam.
Meski terdapat puluhan karya Imam dalam pelbagai bidang, baik fikih, 'irf�n, akhlak, catatan pelajaran
dan kajian filsafat, namun banyak sekali ide dan ijtihad Imam yang masih
terpendam. Sehingga, kita harus menggali dan memaparkannya, juga
peninggalan-peninggalan pilihan dan khusus beliau. Mengingat, itu juga akan
membuktikan seluruh aktivitas beliau dalam kajian tentang ilmu perawi hadis,
hadis, tafsir, juga kajian tentang pendidikan dan pengajaran. Imam memiliki kajian dan pembahasan mendalam mengenai
berbagai masalah seperti dalam bidang ilmu tentang manusia, fitrah, tujuan
penciptaan manusia, berbagai cara mewujudkan tujuan Tuhan, metode-metode
perjuangan untuk melawan kehancuran jiwa dan kerusakan moral, serta cara-cara
untuk mencapai nilai kemuliaan manusia. Seluruhnya tercakup dalam karya-karya
beliau tentang �irf�n dan akhlak serta dalam pembahasan dan ulasan tentang filsafat
dan akhlak. Masalah-masalah tersebut tengah dinanti-nantikan oleh para pemikir
untuk dibahas dan dikaji. Tidak diragukan lagi, yang tidak kalah pentingnya
adalah membahas dan mengkaji ide dan sikap Imam dalam persoalan politik serta
pandangan beliau atas berbagai wawasan, seperti masalah keamanan, nasionalisme,
partai, kepemimpinan, dan organisasi kenegaraan yang sayang sekali belum
dibahas dan dikaji secara sempurna hingga sekarang. Oleh sebab itu, kelak
hendaknya ada konfrensi-konfrensi lain yang serupa, namun yang penting di sini
adalah melakukan pembahasan dan analasis ilmiah yang tajam sekaitan dengan
masalah ini. Untuk mengakhiri sambutan ini, kami ucapkan terima kasih dan
maaf kepada hadirin semua; kepada yang mulia Ayatullah Jawadi Amuli, salah
seorang murid Imam Khomeini; kepada mereka yang telah tumbuh dan berkembang
dalam (asuhan) pendidikan dan keilmuan Imam Khomeini; serta kepada panitia yang
telah menyelenggarakan konfrensi ini, meskipun dengan berbagai kesibukan dan
keletihannya belajar. Begitu pula, kami ucapkan terima kasih kepada yayasan
Tandhzim Wa Nasyri Turats al-Imam al-Khomeini; kepada para pejabat universitas
yang telah menyiapkan para pengajar dan markas jihad perguruan tingginya;
kepada para pengajar mulia; serta kepada mereka yang turut andil dalam
menyukseskan konfrensi ini. Kami memohon kepada Allah Swt limpahan taufik bagi kita dan
(agar Dia) meluruskan langkah kita dalam mempertahankan pemikiran dan
nilai-nilai yang dibawa Imam, serta dapat meneruskan perjuangan beliau dan
mewujudkan tujuan-tujuannya. Dengan harapan, semoga kita dapat memperoleh
manfaat sangat banyak dari suasana ilmiah yang berarti ini. Dan kami
ingin mengingatkan diri kami sendiri dan orang lain dengan firman Allah Swt: Sesungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya. (al-Syams: 9-10) Wassal�mu'alaikum warahmatull�hi wabarak�tuh. (Disampaikan dalam sebuah konferensi di Teheran, dalam
rangka memperingati wafatnya Imam Khomeini, 1 Juni 1994) |