Yaa Bunayya…[1]




Deprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99

Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103

Oleh: Sayid Muh. Taqi Hakim

Musim semi baru saja tiba dan semesta terasa lahir kembali. Pepohonan kembali tumbuh segar, nampak hijau di sana-sini. Bumi menjadi hijau dan sedap dipandang mata. Musim semi berhembus meniupkan angin surgawi. Burung-burung berkicau bernyanyi lagu indah. Di mana-mana udara berisi keceriaan. Kesedihan berubah menjadi kebahagiaan. Tiada yang dapat bertahan tinggal di dalam rumah, orang-orang, tua-muda, laki dan perempuan, bergegas memenuhi tanah lapang dan savanah untuk menikmati suguhan asri dan sejuk musim semi, suguhan sublim Sang Pencipta. Seluruhnya dengan orang-orang yang dicintai berhimpun dalam sebuah lingkaran-lingkaran kecil duduk di sepanjang taman hijau dan kebun bunga.

Suasana ini merupakan sebuah suasana baru, setiap orang melupakan keraguannya tentang segalanya. Tersunggin senyuman di setiap wajah. Pendeknya, orang-orang bergerak, dengan pikiran dan semangat baru. Beberapa orang berebahan tanpa peduli baju-baju rapi mereka akan ternoda, para pelajar mengambil manfaat udara bersih tenggelam dalam pelajaran mereka. Para keluarga datang ke tempat ini untuk bersilaturahmi. Keceriaan meliputi perhimpunan ini. Keceriaan ini dapat disaksikan dari setiap wajah yang hadir. Senyuman dan permainan yang berlaku di hari ini. Ketika mereka lelah duduk dan saling sapa, mereka melonggarkan kaki dan berjalan-jalan kecil di sekitar taman.

Dalam sebuah keluarga, ada seorang ayah yang sibuk bertegur sapa dengan putranya. Mereka saling curhat mengemukakan persoalan keseharian mereka, dalam sebuah suasana yang bersahabat.

Sang Ayah telah sekian lama menantikan kesempatan ini untuk mengungkapkan kata hatinya secara terbuka kepada anaknya. Namun tekanan dan kesulitan hidup tidak mengizinkannya untuk melakukan hal itu.  Kini kesempatan itu tiba. Kesempatan ini merupakan kesempatan emas. Oleh karena itu, ia memanfaatkan kesempatan itu dan membuka ruang obrolan. Putranya juga, melakukan hal yang sama dengan kehangatan, dan suasana santai berbicara saling mencurahkan kata hatinya.

 Ayahanda: Nanda! Jika seseorang mengundangmu untuk menghadiri perjamuan malam di rumahnya dan melayanimu dengan hangat dan menyenangkan, tanpa ragu kau akan berterima kasih kepadanya. Jika suatu waktu, engkau  berada dalam perjalanan, seseorang memberimu tumpangan, engkau tidak akan melupakan kebaikan yang ia lakukan kepadamu. Jika seseorang mengundangmu untuk makan siang atau malam di rumahnya, tentu engkau akan senantiasa mengenang kebaikannya.

Jika seseorang memberikan kepada segelas air tatkala engkau dahaga, pasti engkau akan berterima kasih kepadanya.

Jika seseorang memberikan kepadamu sebuah pena atau buku sebagai hadiah, setiap waktu engkau akan menggunakannya, engkau akan mengingatnya. Jika seseorang membantumu istirihat setelah kelelahan menderamu, engkau akan mengungkapkan rasa terima kasihmu kepadanya. Jika seseorang menolongmu dalam pelajaran, engkau akan berkata kepadanya “terima kasih.”

Jika seseorang membantumu, engkau akan merasa berhutang kepadanya. Jika seseorang meminjamkan mobilnya kepadamu, ia akan menerima ucapan terima kasih darimu. Jika seseorang memberikan tumpangan kepadamu di dalam mobilnya atau menawarkan tempat duduk kepadamu dalam sebuah bis. Engkau akan berterima kasih kepadanya. Walhasil, jika seseorang berbuat kebaikan kepadamu dengan perkataan bukan dengan perbuatan, juga engkau pasti berterima kasih kepadanya.

Putraku! Mengapa kemudian dengan segala kebaikan engkau tunjukkan apresiasimu kepada setiap orang yang berbuat baik kepadamu. Namun cinta, perhatian, kepeduliaan dan kebahagiaan dan seluruh kesenangan materil yang engkau terima dari orang tuamu, engkau berlaku biasa-biasa saja dan menganggapnya sudah sebagaimana seharusnya?

Nanda: Oh. Alangkah baiknya Anda telah membangunkanku. Dan alangkah senangnya Anda telah menarik perhatianku! Saya telah lalai atas segala cinta, kasih-sayang, keramahan dan memandang hal itu sudah sebagaimana mestinya. Saya telah alpa, persis kealpaaan seseorang terhadap kemunculan matahari karena terbit tiap hari. Kini saya akui bahwa saya sangat berhutang segalanya kepada Anda dan berhutang keberadaan dari Anda. Pada kesempatan ini, izinkan saya menghaturkan rasa terima kasih kepada Anda dan bunda meski saya tidak akan pernah mampu membayar budi baik Anda ini.

Kesalahan dan Maaf

Ayahanda: Nanda! Tatkala engkau menyadari telah melakukan kesalahan pada seseorang atau memperlakukannya secara tak patut atau dengan bahasa kasar, mintalah maaf kepadanya. Jika engkau ragu telah berlaku tidak santun kepada seseorang atau menabraknya, katakanlah “maafkanlah Aku.” Dengan nada penuh maaf.

Pendeknya, lakukan yang terbaik untuk menyenangkan orang lain dan tetap hormati mereka dan berlaku baik kepada mereka segera setelah engkau menyadari telah melukai mereka.

Namun bagaimana engkau tidak akan berkata satu pun ucapan maaf kepada ayah dan bundamu meski engkau telah membantah, melecehkan dan bersikap kasar kepada mereka? Dan engkau tidak mencoba menghibur mereka yang telah membesarkan dan mendidikmu?

Nanda: Saya akui kesalahan yang telah saya lakukan. Dan kini dengan nama nanda yang bersalah tidak menuruti seluruh raga dan jiwa, nanda mohon maaf.

Ayahanda: Nanda! Barang siapa yang melakukan kebaikan kepadamu atau menolongmu, mereka menantikan sesuatu darimu sebagai gantinya. Namun ayah dan bundamu, yang dengan pelayanan tulus-ikhlas dan kepedulian serta fasilitas, telah melakukan yang terbaik untuk membesarkanmu hingga engkau tumbuh berkembang dengan baik, tidak mengharapkan apa pun sebagai ganti atau imbalan untuk menebus semua itu. Sebaliknya, mereka melakukan hal itu semua hanya karena mereka mencintaimu.

Nanda! Berpikirlah. Lihatlah bagaimana ayah dan bundamu berusaha keras memenuhi segala yang engkau inginkan dan butuhkan. Ingatlah bahwa segala keinginan mereka langsung atau tidak langsung adalah demi kepentinganmu dan kebaikanmu. Dan ketika engkau menjadi apa yang engkau cita-citakan, dan tatkala mimpi-mimpimu terkabulkan, mereka akan sangat berbahagia. Mereka menganggapnya seolah-olah telah menerima jawaban dari doa-doa mereka.

Putraku! Jangan engkau percaya bahwa di bumi ini ada orang yang akan mencintaimu, atau akan mempedulikanmu atau berada di sampingmu saat nestapa menderamu atau datang untuk menyelamatkanmu melebihi apa yang dilakukan ayah dan bundamu.

Keduanya meninginkan kebahagian bagimu tanpa memandang sesuatu sebagai imbalannya. Mereka mencintaimu.

Nanda: Semakin saya memikirkan hal ini, semakin saya menyadari bahwa tiada orang yang lebih patut dihormati melebihi kalian berdua. Saya tahu bahwa tiada orang lebih baik dari kalian. Kata hatiku berkata bahwa tiada kebaikan yang melebihi dari apa yang Anda lakukan. Saya yakin bahwa kepedulian Anda merupakan cermin cinta dan kasih. Karena kepeduliaan itu, Anda melakukan yang terbaik untuk membuat saya bahagia. Saya tidak tahu bagaimana membalas budi baik Anda ini.

Cinta yang tak-Tertandingi

Nanda! Nampaknya engkau telah melupakan segalanya. Engkau pikir bahwa engkau lahir langsung sebesar itu! Engkau lalaikan tingkatan-tingkatan dalam hidupmu. Bagaimana engkau secara perlahan tumbuh-berkembang! Pikirkan masa kecilmu, dan selaksa masalah yang engkau timbulkan bagi ayah-bundamu. Pikirkan bagaimana engkau berada dalam rahim ibumu1 dan dia memikul bebanmu dan bagaimana ia harus menderita mual-mual dan banyak lagi komplikasi yang berhubungan dengan tingkatan usia kehamilan hingga engkau lahir.

Itu hanya permulaan. Permulaan dari rangkaian kesusahan baru baginya juga bagi ayahmu. Bundamu merawatmu, mendiamkanmu apabila engkau menangis, menyebokmu dan mengganti popokmu, dan menjaga pakaianmu tetap bersih. Sepanjang malam, ia harus terjaga semalam suntuk dan mendongengkan hingga engkau tertidur. Banyak waktu, ia harus meminta tolong orang lain,
untuk mendiamkanmu hingga engkau dapat tertidur.  

Ketika engkau sehat, mereka akan merisaukanmu jangan-jangan engkau jatuh sakit.

Dan ketika engkau sakit mereka akan melakukan yang terbaik untuk merawatmu hingga engkau pulih kembali. Dalam situasi yang lain, mereka siap merubah gaya hidupnya sehingga dapat sesuai dengan gaya hidupmu. Ketika kebutuhan semakin meningkat, bahkan jika mereka melakukan hal itu dengan senang hati dan merasa puas dapat memenuhi makanan bagimu. Dan jika engkau menjadi sedekit lebih besar dan mampu bermain dengan peralatan mainan, mereka akan membelikan bonek dan mainan untukmu.

Putraku! Tatkala engkau Engkau kini telah berkembang dewasa, mereka mengirimmu ke taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan Universitas. Mereka membayar seluruh kebutuhan sekolahmu sebaik mungkin yang mereka mampu. Mereka memilihkan kamar khusus bagimu sehingga engkau dengan mudah dapat belajar. Ketika engkau menghadapi ujian, mereka merisaukan hasil ujianmu. Dan manakala engkau lulus dan menerima nilai rata-rata, hal itu akan membuat mereka sebagai orang yang paling bahagia di dunia ini.

Putraku! Ketika engkau bahagia, mereka bahagia dan ketika engkau berduka, mereka juga akan berduka. Apapun yang menyusahkan dirimu atau menyenangkanmu, akan menyusahkan dan menyenangkan mereka juga.

Anakku sayang! Dalam lingkungan keluarga, ayah dan ibumu akan memilihkan bagimu makanan yang terbaik, pakaian dan akomodasi yang terbaik. Mereka akan menjagamu dari kejadian-kejadian yang tak menyenangkan. Bahkan mereka tidak terlalu merisaukan masa depan mereka sendiri, tentu saja mereka memperdulikan masa depanmu. Mereka bekerja keras untuk mengirimmu liburan sehingga engkau tidak merasa jenuh dan penat. Pada musim panas, mereka akan bekerja keras di tengah terik untuk mengirimmu ke tempat yang sejuk.

Putraku! Ketika engkau ada di rumah, memandangmu membuat mereka bahagia. Dan ketika engkau dalam perjalanan, mereka akan senantiasa merindukanmu. Bagaimana mungkin mereka dapat melupakanmu? Dirimu terpatri dalam hati mereka. Barangsiapa yang mencintai seseorang maka ia akan senantiasa memikirkannya.
Putraku! Jika engkau terlambat beberapa menit terlambat pulang dari sekolah, mereka akan merisaukanmu. Demikian juga tatkala engkau pulang terlambat setelah pergi menjumpai temanmu. Pikirkanlah hal ini baik-baik. Apakah engkau memiliki orang lain yang sangat merisaukanmu sedemikian tinggi? Nanda! Engkau adalah pelipur lara orang tuanmu, kebahagiaan hidupnya dan sumber kebanggaan. Tanpamu, suasana rumah tampak sepi dan hening bak rumah kosong. Ketika orang tuamu pergi keluar, pikirannya bersamamu dan setelah kembali, mereka memasuki rumah dalam keadaan gembira melihatmu di sana.

Putraku! Setelah apa yang engkau cita-citakan dalam pendidikanmu tercapai dan siap untuk berangkat memasuki dunia kerja, mereka akan menggunakan berbagai cara untuk membantumu mendapatkan pekerjaan yang engkau sukai, sehingga engkau dapat bekerja melayani masyarakat sebaik mungkin. Dan kini engkau memanfaatkan ilmu yang engkau dapatkan untuk bekerja dan mulai menuai hasil pendidikan yang engkau peroleh di sekolah dan hasil-hasil materialnya, orang tuamu sedikit pun tidak berharap untuk berbagi keuntungan denganmu. Sebaliknya, mereka bahagia atas keberuntunganmu.

Nanda! Tatkala engkau memutuskan untuk menikah, orang tuamu, dengan rasa bahagia dan kasih, akan membantumu mempersiapkan dan membuatnya sebagai saat-saat yang paling membahagiakan selama hidupmu.

Putraku! Dengan masuknya engkau ke dalam masyarakat dan menduduki tempat sesuai dengan apa yang engkau sumbangkan baginya, engkau telah melalui banyak peristiwa dalam hidupmu dan singkatnya, engkau telah melenggang jauh.

Anakku sayang! Lihatlah baik-baik masa lalumu. Tinjau dan analisa setiap peristiwa. Lihat siapa yang dengan tulus, ikhlas dan berlandaskan iman tetap bertahan di sampingmu dan setia membantumu. Apakah ada orang lain selain ayah dan ibumu?

Iya? Hanya merekalah yang tetap setia berada di sampingmu dan menolongmu. Hanya mereka yang menolongmu untuk mengatasi segala kesulitan yang engkau hadapi; menyinkirkan pelbagai rintangan yang menghalangi jalanmu dan membantumu memenuhi mimpi-mimpi dan cita-citamu. Cuma mereka yang bersedia menderita dengan pelbagai kesulitan dan kesusahan itu! Kata-kata tidak dapat mengekspresikan tingkat dan derajat situasi yang tidak menyenangkan itu. Apakah ada orang lain yang dapat melakukan hal itu? Hanya Allah yang tahu betapa menderitanya ayah dan ibumu demi kebahagiaanmu!

Nanda: Saya tidak akan melupakan segala usaha yang, ayahanda dan bunda lakukan untuk kesuksesan dan pendidikanku. Demikian juga, saya tidak akan mampu mengatakan betapa pentingnya Anda berdua dalam kehidupanku. Atau menyebutkan kedalaman cinta kalian berdua bagiku. Bagaimanapun, saya mencari sebuah kesempatan untuk mengungkapkan penghargaanku setinggi-tingginya dalam rangkaian kata dan perbuatan.

Anugerah dari Allah

Ayahanda: Nanda! Camkanlah baik-baik bahwa anak-anak merupakan anugerah dari Allah. Jangan pernah memandang enteng kenyataan ini. Nabi Saw bersabda: “Anak shaleh merupakan kesuma dari kesuma surga.” Beliau juga bersabda: “Salah satu tanda kebahagiaan seseorang adalah memiliki anak shaleh.” (Kitab Wafi, bag. 12, hal. 196-197)

Imam Sajjad As bersabda: “Salah satu tanda kebahagiaan seseorang adalah dia memiliki anak shaleh yang membantunya.” (Kitab Wafi, bag. 12, hal. 196-197)

Imam Shadiq As bersabda: “Suatu waktu ada seseorang yang berkata, ia tidak ingin memiliki anak hingga ia bertolak ke Mekah. Di Arafat, ia berjumpa dengan seorang pemuda yang bercucuran air matanya yang berdoa untuk ayahnya. Melihat peristiwa itu, memotivasiku untuk memiliki anak.” (Kitab Wafi, bag. 12, hal. 196-197)

Nanda: Iya. Anak merupakan anugerah. Dan manusia telah dibebankan tanggung jawab atas anugerah ini. Hal ini ditegaskan oleh Imam Shadiq As dengan sabdanya: “Anak laki merupakan anugerah dan anak perempuan merupakan kebaikan. Allah Swt akan meminta pertanggung-jawaban dari anugerah yang Dia berikan namun akan mengganjari kebaikan.” (Kitab Wafi, bag. 12, hal. 196-197)

Karenanya, seorang ayah mengemban tanggung-jawab atas anak-anak mereka dan seyogyanya berhati-hati bagaimana ia mendidik dan memperlakukan anak-anaknya. [AK, wisdoms4all]