Karunia Rasulullah SawDeprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Imam Ali Khamenei
Sebagai pribadi, Rasulullah saw. berada di puncak piramida
alam cipta; baik pada dimensi-dimensi yang bisa disentuh pikiran manusia
seperti; akal, kreatifitas, kecerdasan, kemuliaan, kelembutan, toleransi,
ketegasan dan nilai-nilai luhur insani lainnya, ataupun pada dimensi-dimensi di
atas tingkat ketajaman pikiran; yaitu dimensi-dimensi yang merefleksikan tempat
penampakkan ism a’zham ‘nama teragung’ Al-Haq pada wujud
Rasulullah yang agung dan martabat kedekatannya di sisi Al-Haq. Dari
dimensi-dimensi terakhir ini kita hanya mendengar sebuah nama dan sekilas
gambaran; kita hanya sadar bahwa hakikatnya semata-mata ada pada ilmu Al-Haq
dan awliya’ besar. Poros Persatuan Sepadan dengan ketinggian pribadi Rasulullah saw., misinya
juga merupakan misi terbaik dan terutama bagi kebahagian manusia; misi
tauhid, misi peningkatan martabat dan penyempurnaan wujud manusia. Benar bahwa sampai sekarang umat manusia masih belum
berhasil menerapkan misi tersebut secara utuh dalam segenap aspek kehidupan
mereka, namun percayalah, proses kemajuan dan kesempurnaan mereka suatu hari
akan sampai di akhir proses ini. Dan sekalipun kita asumsikan proses pemikiran,
pemahaman, pencapaian dan keberhasilan manusia bergerak menuju kemajuan dan misi
Islam, tak syak lagi bahwa pada suatu hari misi ini akan mendapatkan posisi
yang selayaknya dalam kehidupan masyarakat manusia. Kebenaran misi nabawi, kebenaran tauhid Islam, pelajaran
Islam tentang hidup dan jalan Islam untuk kebahagian dan kemajuan, semua ini
akan mendekatkan manusia kepada satu titik yang di sana ia menemukan jalan yang
terang dan mulus, menapakkan kaki di atasnya dan melangkah maju ke arah
kesempurnaan. Hal yang penting bagi kita kaum Muslimin ialah usaha-usaha kita
menambah poin-poin pengenalan kita akan Islam dan Rasulullah saw. Hari-hari ini, salah satu masalah besar dunia Islam ialah
perpecahan umat. Dan wujud suci Rasulullah amat bisa menjadi poros persatuan
dunia Islam; ia sosok yang berperan nyata sebagai titik sentral segenap emosi
semua manusia. Kita umat Islam tidak punya satu titik pun sejelas dan seluas
wujud suci Rasulullah saw.; semua kaum Muslimin percaya padanya, dan di samping
kepercayaan ini wujud suci itu sampai sekarang telah menciptakan sebuah
keterikatan emosional dan spiritual antarhati dan perasaan kita umat Islam.
Wujud suci Rasulullah saw. adalah sebaik-baiknya poros persatuan. Sistem Pemerintahan [Kembali ke masa pembentukan masyarakat Islami], tujuan
Rasulullah saw. hijrah ke Madinah ialah melakukan perbaikan di lingkungan yang
korup dan memerangi sistem-sistem politik, ekonomi dan sosial yang zalim yang
saat itu mendominasi masyarakat dunia. Tujuan Rasulullah bukan semata-mata
menentang orang-orang kafir Mekkah. Misi yang diangkat di sini adalah misi
dunia secara global dan menyeluruh. Rasulullah saw. lelah memperjuangkan misi
ini. Ia menanamkan benih pemikiran dan iman di mana saja kondisi memungkinkan;
dengan harapan bahwa benih itu akan berakar dan tumbuh berkembang kapan saja
kondisi memungkinkan. Tujuan Rasulullah saw. ialah menyampaikan pesan-pesan
kebebasan, kesadaran dan kebahagian manusia ke segenap hati dan jiwa. Tujuan
besar ini tidak akan tercapai kecuali dengan menciptakan sebuah sistem unggul
dan model penuntun. Untuk itulah Rasulullah saw. hijrah ke Madinah dalam rangka
membangun sistem tersebut. Adapun sebasar apa umat Islam dapat melanjutkan
pembangunan ini, dan sejuah apa generasi-genarasi setelahnya sanggup
mendekatkan realitas hidup mereka dengan sistem dan model nabawi tersebut, ini amat
bergantung pada kesungguhan itikad mereka sendiri. Rasulullah saw. telah
membangun model dan mengetengahkannya ke hadapan semua bangsa dan sejarah. Sebuah sistem yang telah dibangun Rasulullah saw. terbentuk
dari beberapa unsur. Yang terutama dan paling menonjol di antara unsur-unsur
sistem ini ialah: Iman dan spiritualitas. Motivasi dan penggerak utama dalam
sistem nabawi ialah sebentuk iman yang bangkit dari sumber mata hati dan
kesadaran masyarakat; masyarakat yang mengerahkan tangan, lengan, kaki dan
segenap wujud mereka searah dengan kebenaran. Oleh karena ini, unsur pertama
ialah menghembuskan ruh iman dan spiritualitas ke dalam jiwa-jiwa dan
menanamkan keyakinan dan pemikiran yang lurus kepada mereka. Unsur ini telah
diawali peletakkannya oleh Rasulullah saw. sejak masih di Mekkah dan baru
mengibarkan benderanya dengan perkasa di Madinah. Unsur kedua ialah keadilan. Prinsip kerja dan asas
penyelenggaraan ialah keadilan dan meletakkan setiap hak pada setiap pemiliknya
tanpa pandang bulu. Unsur ketiga ialah ilmu dan pengetahuan. Dalam sistem
nabawi, asas segala sesuatu ialah tahu dan sadar. Sistem ini tidak mengaktifkan
individu dengan mata tertutup, akan tetapi membina masyarakat di atas
kesadaran, pengetahuan dan kekuatan menimbang dan menjadikan mereka sebagai
basis-basis yang aktif; bukan arus pasif. Unsur keempat ialah ketulusan dan persaudaraan. Dalam sistem
nabawi, segala macam pertikaian yang berasal dari motif-motif palsu dan
kepentingan-kepentingan pribadi dan oportunis dibenci dan akan dihadapi dengan
perlawanan. Suasana sistem nabawi adalah suasana ketulusan, persaudaraan dan
simpati. Unsur kelima ialah kualitas moral dan kebersihan perilaku.
Sistem nabawi bekerja untuk membina jiwa-jiwa manusia sehingga bersih dari
segala bentuk kerusakan, kebusukan dan kehinaan, dan berhias dengan
akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. “... dan membersihkan jiwa
mereka serta mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah” (Al-Jumu’ah;62:2).
Tazkiyah ‘membersihkan jiwa’ merupakan bagian dari asas-asas utama sistem.
Setiap Rasulullah diutus dan bekerja untuk memberikan pembinaan ruhani kepada
stiap orang dan memanusiakan mereka seutuh-utuhnya. Unsur keenam ialah ketangguhan dan kehormatan. Sistem nabawi
bukanlah sistem yang di dalamnya masyarakat jadi bermental inferior,
ikut-ikutan dan menggantungkan kebutuhannya kepada pihak luar, tetapi sistem
yang mengangkat mereka sehingga berada sebagai manusia-manusia terhormat,
tangguh dan penentu nasib; yaitu tahu kemaslahatan diri mereka dan berusaha
keras mewujudkannya serta memperjuangkannya tetap maju. Dan unsur terakhir ialah bekerja, bergerak dalam rangka
kemajuan berkelanjutan. Stagnasi dan keadaan mandek dalam sistem nabawi tidak
lagi berarti, yang tampak adalah dinamika gerak, kerja dan kemajuan secara ekstensif.
Tentu, ini kerja yang memuaskan dan menyenangkan, dan proses yang melelahkan
ataupun menjemukan. Ini kerja dan proses yang memberi semangat, kekuatan dan
gairah kepada pelaku.[afh] Ket.: Saduran dari pidato Rahbar ‘Pemimpin
Tertinggi Revolusi’ Imam Ali Khamenei dalam pertemuan dengan para pejabat
pemerintah Republik Islam Iran pada hari besar Maulid Nabi saw. 18 Rabi’ul
Awal, 1421 H. |