Mahdiisme; Sebuah Penantian
BERBICARA tentang Mahdiisme bukanlah suatu perkara yang
mudah. Apalagi jika konsep ini disandingkan dengan sebuah konsep penantian.
Mahdiisme adalah sebuah konsep yang tidak hanya diyakini dan dipercayai oleh
kaum muslimin saja akan tetapi diyakini juga oleh sebagian agama dan aliran
kepercayaan. Dalam agama Kristen kita kenal konsep Messiah (Juru Selamat) yang
atau dalam istilah Jawa kita sebut dengan Ratu Adil. Tentu saja konsep
Mahdiisme atau konsep penantian akan “Juru Selamat yang Dinantikan” ini
berkaitan erat dengan pandangan dunia. Dalam hal ini ada dua pandangan dunia,
yang pertama adalah pandangan dunia materialisme dan yang kedua adalah
pandangan dunia Islam.
Banyak di antara pemikir dan agamawan yang menafsirkan bahwa Mahdi atau Messiah
atau sang Juru Selamat itu akan muncul ketika kerusakan dan kebrobrokan di
dunia ini sudah merajalela. Dengan berpijak pada pandangan dan prinsip
demikian, maka manusia melakukan dosa-dosa besar dan kedholiman dengan harapan
sang Juru Selamat akan segera muncul. Prinsip ini biasanya dibuat oleh
orang-orang yang berusaha mengkritik dan mengecam kaum Yahudi yang sedang
menantikan Juru Selamatnya, begitu juga bagi mereka yang tidak menerima Isa
a.s. putera Maryam sebagai Messiah.
Kritik pandangan dunia materialisme terhadap konsep kepercayaan tentang Juru
Selamat adalah bahwa konsep ini sebenarnya memberangus aktifitas otak manusia,
membelenggu kesadaran manusia dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan
serta tangung jawab manusia. Karena pengikut akan kepercayaan ini berkeyakinan
bahwa perbaikan sosial, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme tidak
berada di tangan manusia. Manusia tidak bertangung jawab atas keterpurukan dan
dekadensi moral. Manusia tidak mempunyai pilihan dan andil sama sekali dalam
memutuskan nasib sendiri, dan tidak ada memiliki taklif untuk menegakkan
keadilan dalam masyarakat. Tanggung jawab ini sepenuhnya diserahkan oleh sosok
yang akan muncul di masa depan yang akan menyelamatkan manusia dari kerusakan
dan keadaan yang menyedihkan.
Penantian Positif
Ketika kita berbicara tentang penantian maka di sana ada tiga hal yang harus
diperhatikan:
1. Si pelaku [si penanti]
2. Proses penantian [hukum penantian]
3. Yang dinanti [Juru Selamat]
Tentu saja ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainya.
Masing-masing berkaitan erat. Si pelaku seharusnya sudah memahami hukum dan
tugas-tugas dari sebuah sebuah penantian, juga siapa yang di tunggu. karena ada
hukum yang barlaku bagi si penanti maka akan terjadilah proses Penantian yang
Positif.
Dalam akidah Syiah, terutama Syiah Imamiyah, munculnya akan Imam Mahdi afs.
[Juru Selamat] adalah permasalahan yang sudah pasti, persis dengan ungkapan
akan munculnya Yaum al-Mau’ud [hari kiamat]. Hari yang dijanjikan dengan
kemunculan Imam Mahdi aj adalah langkah awal untuk menuju hari Akhir yang telah
dijanjikan Allah.
Hari kemunculan Imam Mahdi afs merupakan janji yang pasti untuk menunjukkan
kepada manusia bahwa semua yang difirmankan Allah adalah benar, bahwa keadilan
Ilahi merupakan hal yang nyata dan dapat dinikmati oleh setiap manusia ketika
manusia melaksanakan segala hukum yang telah diturunkan-Nya.
Imam Khomeini qs mengatakan: ”Sesungguhnya tidak ada manusia seperti Imam Mahdi
afs yang di dalam ghaibnya, diumpamakan seperti matahari yang berada di balik
awan. Dia tersembunyi di balik awan tetapi dengan sinarnya hari-hari tetap
terang sehingga kehidupan di muka bumi berjalan sebagaimana layaknya. Dunia
seakan lupa bahwa hukum kausalitas merupakan gerak yang menuju pada
kesempurnaan sedang kehidupan materi adalah kehidupan yang tidak pernah akan
membawa manusia pada satu titik kesempurnaan apapun. Saat ini manusia tengah
diselubungi kegelapan kehidupan materi sehingga tidak dapat melihat cahaya
kebenaran. Bukanlah kebenaran yang tidak ada, tetapi materi telah menutupi mata
hati meraka untuk dapat melihat kebenaran. Tidak heran jika sebagian kaum
musliminpun hanya menimbang nilai-nilai kebenaran dengan materi karena telah
terbelenggu dengan cara berfikir materialisme. Nilai-nilai kebenaran materi
telah membenamkan indrawi manusia pada kegelapan khayal yang melupakan akan
hakekat mereka.
Seorang mukmin sejati yang memiliki keyakinan tentang Mahdiisme seharusnya
terus beraktifitas sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh al-Quran dan
Hadist dalam proses menyambut kehadiran Sang Juru Selamat. Hendaklah ia
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan awal untuk proses penyambutan Imam
Mahdi adalah mengikrarkan keimannya kepada Imam Mahdi dan mengaplikasikannya
dalam segala bentuk aktivitas. Sebagai contoh adalah ucapan Imam Khomeini qs
tentang motif revolusi Islam Iran. Beliau menyebutkan bahwa revolusi Islam Iran
dijadikan sebagai basis untuk kemunculan Imam Mahdi as.
Dan yang baru saja kita rayakan adalah kemenangan Muqawamah Hizbullah atas
Israel di Lebanon, ini tidak dapat dilepaskan dari keyakinan adanya keyakinan
terhadap Imam Mahdi aj. Baik revolusi Islam di Iran maupun Hizbullah di Lebanon
keduanya merupakan bukti nyata bahwa setiap aktifitas yang mereka lakukan
merupakan persiapan untuk menyambut kehadiran revolusi Mahdi aj. Semangat
inilah yang dikenal sebagai semangat Mahdawiyah.
Para Penanti
Apa yang harus dilakukan oleh seorang penanti sejati? Jika kita akan menyambut
seorang raja maka kita yang kita lakukan adalah mempersiapkan segala-galanya.
Apalagi jika yang akan kita sambut adalah seorang Juru Selamat, maka kitapun
dituntut untuk mempersiapakan apa yang diinginkan oleh Sang Juru Selamat. Oleh
karena itu para penanti Kehadiran Imam Mahdi afs harus mempersiapkan segala
kemampuan dan kekuatannya sehingga dapat terjadi proses penantian yang positif.
Seorang penanti harus mengumpulkan segenap kemampuannya untuk menghadapi
kebatilan, menegakkan keadilan dan menyerukan persatuan. Seorang penanti harus
siap untuk syahid, kapanpun dan dimanapun. Sebab syahadah adalah sebuah tradisi
seorang penanti sejati untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Seorang
penanti harus aktif melawan kebobrokan moral di masyarakat sekalipun dengan
berbekal sebatang panah. Sebagai mana disabdakan oleh Imam Ja’far as-Shadiq as:
”Persiapkan diri kalian untuk kemunculan al-Qaim walaupun hanya dengan sebatang
panah. Sesungguhnya ketika Allah mengetahui niat hamba-Nya tersebut maka akan
Allah akan memanjangkan umurnya sehingga ia bertemu dengan al-Qaim, menjadi
pendukung dan pembantunya”. (Biharul Anwar 52 hts 366).
Maka pada dasarnya penantian adalah proses manusia untuk menuju Tuhannya,
penantian adalah harapan dan penantian adalah membangun kesadaran dan puncak
penantian syahadah. Ketika Allah berfirman:
Dan katakanlah : "Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang yang beriman akan melihat amal-amal kamu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu amalkan (QS At-Taubah, 9 :
105).
Sebenarnya ayat di atas menjelaskan pada kita akan masa depan kita sebagai
manusia. Masa depan begitu cemerlang jika kita berpegang teguh pada penantian
yang positif. Mengapa tidak? Karena toh saat kita menanti kehadiran kembali
Imam Zaman itu pun tergolong ibadah.[mukhlisisnturkan - islamalternatif]
|