Syi’ah dan Dakwah Nabi sawDeprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Muhammad BaqirShadr
Kerap kali sebagian besar analis dan kaum intelektual
mempelajari “Syi'ahisme atau Tasyayyu" dengan didasari kesan subyektif dan
kesimpulan yang agak rapuh. Mereka beranggapan bahwa Syi'ahisme merupakan
pemandangan yang ganjil dalam tubuh masyarakat Islam yang lebih dominan. Anggapan ini mereka simpulkan bertolak dari kenyataan yang
ada dimana Syi'ah hanya terdiri dari beberapa individu yang muncul dengan corak
tertentu di tengah-tengah masyarakat Islam yang jauh lebih besar jumlah serta
pengaruhnya. Selanjutnya kelompok minoritas tersebut berkembang biak sebagai
akibat dan efek dari pada serangkaian perkembangan politik-sosial yang terjadi
pada saat itu. Dengan kata lain, mereka telah menjadi bayi yang dilahirkan oleh
kondisi labil saat itu. Kejadian dan perkembangan-perkembangan itu secara otomatis
telah mengakibatkan munculnya haluan yang bercorak unik dan lain dari pada yang
lain di tengah masyarakat Islam yang jelas berbeda dengan mereka, lambat laun
aliran pemikiran baru ini makin membengkak dan sempat melebarkan sayap pengaruh
radikalnya beberapa senti di hati sebagian muslimin atau kebanyakan dari
mereka. Para penganalisa itu -setelah beranggapan demikian- secara
serentak saling berselisih pendapat mengenai faktor utama aliran tersebut dan
gejala perkembangan tertentu yang jelas telah melahirkan kelompok kecil itu.
Sebagian mereka berpendapat bahwa Syi'ahisme adalah pendapat yang dicetuskan
oleh seorang yang konon bernama Abdullah bin Saba`. Ada juga yang mengatakan
demikian bahwa timbulnya Syi'ahisme merupakan pengaruh dari pada kebijaksanaan
politik Ali bin Abi Thalib as, mengingat pada zaman pemerintahan beliau telah
terjadi perkembangan-perkembangan yang amat seru dan mendebarkan. Sebagian lain
beranggapan bahwa munculnya Syi'ahisme adalah akibat alami yang tak terelakkan
dari perkembangan-perkembangan politik yang terjadi pada masa terakhir dalam
serangkaian dan rentetan sejarah umat Islam. Berdasarkan logika yang saya pijak, pendapat-pendapat yang
dilontarkan para sarjana itu adalah kesimpulan dari penjabaran yang tidak
argumentatif dan kurang rasionil, yaitu dengan berkesimpulan bahwa Syi'ahisme
merupakan fenomena yang ganjil dan aneh. Kesimpulan ini mereka serap dari dasar
kenyataan sebelumnya yaitu kenyataan Syi'ahisme hanyalah segolongan masyarakat
kecil yang tumbuh segar di tengah-tengah masyarakat lain yang lebih dominan dan
besar jumlahnya. Kenyataan inilah yang menyeret mereka ke suatu lembah
sehingga beranggapan bahwa non-Syi'ah adalah tolok ukur yang harus dijadikan
sebagai satu-satunya cara dalam membagi dan membedakan antara kelompok mana
yang orisinil dan lebih dahulu muncul? Di samping itu semua, penjabaran semacam
ini bertentangan dengan kenyataan adanya perbedaan dan terbaginya aliran-aliran
yang kita temukan selama ini. Kadang-kadang kita mengklaim suatu aliran sebagai
yang paling benar bukan atas dasar jumlah pengikut aliran tersebut atau dari
segi banyak dan sedikitnya, demikian juga sebaliknya kita terkadang menganggap
suatu akidah sebagai akidah yang keliru dan sesat tanpa mempertimbangkan jumlah
penganut akidah tersebut. Lagi pula mungkin masa timbulnya akidah atau aliran
yang kita anggap sesat atau sebaliknya akidah yang kita anggap benar
berbarengan dalam satu tempo dan waktu. Perlu digarisbawahi bahwa terkadang
kedua aliran menyuarakan satu misi dan konsep yang sama; misalnya kedua aliran
itu sama mengaku sebagai Islam Yang murni dan pengikut-penglkutnya merasa
bagian dari umat Muhammad saw. Sama halnya dengan Syi'ah dan Non-Syi'ah,
prosentase dan jumlah pengikut kedua garis pemikiran yang kurang seimbang itu
tidak patut dijadikan sebagai bukti akan keotentikan dan kemurnian salah
satunya. Perlu dicamkan baik-baik bahwa kita tidak dibenarkan -
berdasarkan hukum logika - beranggapan masa timbulnya dan populernya istilah
dan nama Syi'ah atau Tasyayyu' berbarengan dengan masa munculnya golongan serta
konsep Tasyayyu' itu sendiri; sebagai istilah populer dan akrab bagi suatu
aliran dan golongan tertentu di tengah masyarakat yang tampaknya mengakui
eksistensi dan keberadaan mereka selaku oposan dan bagian dari mereka yang
memiliki hak bersuara dan bernafas, sebab munculnya nama serta lahirnya
golongan yang menyandang nama itu tidak mesti bersamaan dalam satu waktu
(seperti lahirnya seorang bayi janin yang belum diberi nama atau sebaliknya
seperti bila kita telah memberi nama kepada janin yang belum lahir. Hal ini
sering kali terjadi). Kita mungkin belum pernah menemukan kalimat dan sebutan
"Syi'ah" dalam percakapan sehari-hari pada zaman Nabi SAWW berikut
setelah wafatnya. Namun, kenyataan ini tidak menjamin dan dapat membuktikan
bahwa golongan Syi'ah ini belum pernah ada pada zaman Nabi SAWW, baik secara
praktis operasionil maupun secara teoritis dan konsepsional. Jika kita sudah memperhatikan dan memahami dengan jelas
pokok-pokok di atas, maka insya-Allah kita akan mampu mengambil gambaran yang
jelas serta kesimpulan yang gamblang dan rasionil. Tentunya itu semua tidak
akan kita dapatkan sebelum menemukan jawaban yang jitu dan mengena atas dua
pertanyaan pokok berikut ini: Bagaimana proses timbulnya Syi'ahisme? Bagaimana
proses lahirnya golongan Syi'ah itu sebenarnya? |