Tuhan Mencipta karena Membutuhkan?Deprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Tim Al-Balagh
Dalam menjawab pertanyaan ini, sebagai pengantar akan kami
jelaskan permasalahan-permasalahan berikut ini: Pertama, tujuan manusia dalam menjalankan segala
aktivitasnya adalah untuk mencapai kesempurnaan atau untuk menghilangkan
kekurangannya. Sebagai contoh, manusia mengkonsumsi makanan sehingga ia tidak
akan lagi kelaparan dan memenuhi segala kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh
badan. Manusia mengenakan baju supaya ia terlindungi dari teriknya panas sinar
matahari atau untuk menjaga badannya supaya tidak kedinginan. Manusia
melaksanakan pernikahan untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Manusia menyembah
Allah Swt supaya ia sampai kepada puncak kesempurnaan, mendekatkan diri
kepada-Nya dan berkhidmat kepada ciptaan-Nya sehingga dengan aktivitas yang ia
kerjakan ini akan mengantarkannya kepada kesempurnaan secara maksimal. Namun,
Allah Swt tidak mempunyai kekurangan sedikit pun sehingga dengan perbuatan yang
Dia laksanakan berpotensi menghilangkan kekurangan yang ada pada-Nya dan tidak
perlu berupaya untuk menuju kepada kesempurnaan-Nya. Kedua, mempunyai tujuan, tidak selamanya selalu dibarengi
dengan kebutuhan, namun keberadaannya yang sempurna, tidak akan memerlukan
pertolongan orang lain, merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat dari wujud yang
sempurna dan penuh kasih sayang. Allah Swt yang Maha Penyayang juga tidak
mencari keuntungan bagi diri-Nya, tetapi tujuan paling penting dan paling utama
yang dipunyai-Nya adalah pencapaian kebaikan bagi hamba-hamba-Nya dan
menciptakan kesempatan dan peluang bagi hamba-hamba-Nya di muka bumi ini guna
menuju kepada kesempurnaan maknawinya. Oleh karena itu, tujuan penciptaan ini adalah pemanduan
setiap mumkinul wujud untuk menuju kepada kesempurnaan yang bisa dicapainya dan
yang layak baginya; dimana dalam penciptaan ini tiada menyisakan hasil bagi
Dzat Kudus-Nya. Setiap perkara yang bersifat kontingen (mumkin) di dunia ini,
dapat dicapai oleh manusia, Manusia dalam hal ini memiliki kelayakan dan
kepatutan untuk menerima kesempurnaan eksistensial yang dapat ia raup dengan
usaha dan ikhtiar yang dimilikinya. Maksud dari penciptaan semesta ini adalah
tercapainya kesempurnaan manusia. Dengan kata lain, penciptaan merupakan suatu
kebaikan dan emanasi yang memancar dari Allah Swt yang dianugerahkan kepada
wujud-wujud yang bersifat kontingen (mumkin). Penciptaan semacam ini secara
esensial adalah kebaikan. Tuhan dengan penciptaan manusia dan semesta
memancarkan emanasi dan menganugerahkan media kepada manusia untuk meraup
kesempurnaan yang lebih baik. Menghindarkan diri dari emanasi dan
penganugerahan semacam ini adalah bentuk kepelitan dan bakhil yang keduanya
merupakan sifat yang tercela; oleh karena itu pantas kiranya Tuhan Yang
Mahabijak dan Kesempurnaan Absolut menciptakan dunia ini dengan kebijaksanaan
yang ideal dan sublimitas yang tinggi. Oleh karena itu, penciptaan Ilahi
merupakan perbuatan yang sarat dengan hikmah dan kebijaksanaan; meski pada
derajat penciptaan, Tuhan tidak membutuhkan dan membutuhkan bukan merupakan
sifatnya. Tuhan sama sekali tidak memiliki cela dalam
kesempurnaan-Nya; melainkan ia adalah kesempurnaan itu sendiri, dan emanasinya
bersifat absolut. Artinya emanasi-Nya tercurah deras kepada segala sesuatu dan
curahan tersebut sama sekali tidak berkurang, karena kekurangan tiada pada-Nya;
melainkan lantaran memiliki emanasi sempurna, Dia menciptakan semesta dan
manusia. Bertitik tolak dari sini disebutkan bahwa penciptaan semesta merupakan
keniscayaan emanatif dan manisfestasi (tajalli) Tuhan; bukan menjadi pendahuluan
dan sebab adanya emanasi. Oleh karena itu, keniscayaan emanatif absolute Ilahi
dan penciptaan semesta ini bukan bermakna bahwa Tuhan menciptakan semesta
supaya Dia disebut mahapencurah emanasi (fayyadh)! Redaksi semacam ini
meniscayakan adanya semacam kebutuhan. Dengan memperhatikan secara seksama
premis-premis pendahuluan dapat kita simpulkan bahwa Tuhan adalah Mahapencurah
Emanasi dan hasil dari sifat kudus ini adalah penciptaan semesta. Wallahu ‘Alim
[Sumber: Al-Balagh |