Ghadir Khum: Satu Peristiwa untuk Seluruh ManusiaDeprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 “Barang siapa yang menjadikanku sebagai pemimpin, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolong Ali dan musuhilah orang yang memusuhinya” (Hadis Rasulullah Saw) Setelah hampir 23 tahun menanggung beban tugas membumikan risalah yang berat, suatu hari Rasulullah mendengar panggilan pulang ke haribaan ilahi. Panggilan itu didengarnya, sementara risalahnya masih belum jauh membumi. Kota Madinah yang dibinanya dengan pedoman dan ajaran Islam dan Tauhid saat itu justru terancam serangan musuh, kaum pendamba kenikmatan duniawi, dan mereka yang hatinya penuh dengan gejolak dendam kesumat kepada Islam dan pendirinya. Mereka ingin meluluhlantakkan bangunan Islam untuk dikemudian hari mereka bangun kembali kebudayaan jahiliah yang sudah kehilangan daya pikatnya. Bayangan kelam ini sudah sekian lama menggelayuti detak hati Rasul. Sementara itu, demi kelangsungan eksistensi Islam dan pengaturan umat Islam sesuai dengan perintah Allah, benak Rasul selalu tertuju kepada Ali Bin Abi Thalib as, sepupu beliau yang tumbuh dan besar dalam asuhan dan didikan beliau sendiri. Karena itu, meski keadaan sering tidak mendukung, dalam banyak kesempatan Rasul tetap mengemukakan masalah siapa yang akan menggantikan beliau. Sementara itu, di hari-hari akhir hayat beliau, ancaman berbagai pihak yang tidak setuju dengan kebijakan Rasul nampak semakin serius sehingga hati beliau semakin galau. Dalam keadaan sedemikian rupa, beliau memobilisasi umat Islam untuk menyelenggarakan ibadah haji sekolosal mungkin. Seruan haji Rasul itu membuat jumlah jemaah haji mencapai 70.000 ribu orang, atau menurut riwayat lain yang lebih kuat dan popular jumlahnya bahkan mencapai 120.000 orang. Dalam haji akbar ini beliau ingin mematri umat Islam dengan ajaran-ajaran samawinya dengan bentuk yang amat monumental. Beliau mengajarkan apa yang seharusnya beliau ajarkan menyangkut pelaksanaan manasik haji beserta segala pesan yang terkandung di dalamnya. Lebih dari itu, ada satu pesan dan perkara lain yang sebenarnya sudah sering beliau kemukakan kepada umat, namun saat itu harus beliau kemukakan lagi agar terungkap secara lebih formal, tegas, dan didengar umat. Pesan yang juga berasal dari wahyu ilahi itu tak lain adalah pesan dan wasiat tentang kepemimpinan Ali bin Abi Thalib as sepeninggal beliau.
|