Esensi Ilmu dalam Pandangan Al-Quran (2)Deprecated: Function eregi_replace() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 99 Deprecated: Function split() is deprecated in /home/idalshia/public_html/page.php on line 103 Meskipun Al-Quran menerima fungsi indera dan pengalaman, serta mendorong untuk memperhatikan berbagai fenomena alam, namun tak satupun hasil yang didapatkan darinya terbilang sebagai konsep-konsep pasti. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan Manusia Dilihat dari kapasitas ilmunya, manusia adalah mahkluk yang paling kuat, dan jika manusia membawa ilmunya ke arah yang tepat, jalan akan menjadi lancar untuknya hingga menuntunnya pada level tertinggi sebuah eksistensi, yaitu pada sebuah tempat seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah, ayat: 30. Ilmu pengetahuan ini dikenal sebagai parameter keutamaan manusia atas malaikat, dan kompetensinya menjadi khalifah ilahi bagi makhluk lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan manusia. 1. Ketidaktahuan manusia akan masalah yang terkait dengan dirinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS: Luqman [31]: 34). 2. Keberadaan hal-hal yang tidak dikenal terkait dengan dunia materi dan alam kesaksian, “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS: Yasin [36]: 36; Al-Rum [30]: 7; Al-An’am [6]: 64; dan Al-Nahl [16]: 8) yang menunjukan sisi-sisi lain dari ketidaktahuan manusia. 3. Keberadaan misteri terkait dengan alam ghaib, “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu” (QS: Al-Jin [72]: 26-27; Al-Naml [27]: 65; Hud [11]: 49; Al-A’raf [7]: 188; Al-An’am [6]: 50). 4. Kekurangan pengetahuan manusia lainnya adalah berhubungan dengan berbagai fenomena, “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari” (QS: Al-Nazi’at [79]: 46). Mudah terpengaruhnya pemahaman manusia oleh berbagai perbandingan, ramalan, dan opini-opini yang bersifat merusak juga dijelaskan dalam Al-Isra [17]: 52, Al-Kahf [18]: 19, Thaha [20]:103, Al-Mu’minun [23]: 113, Al-Rum [30]: 55 dan Yunus [10]: 65. 5. Informasi-informasi tidak benar dan ilmu-ilmu yang tidak terpuji menjelaskan sisi penting berbagai kekurangan ilmu pengetahuan manusia. “Dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya.. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat”. (QS: Al-Baqarah [2]: 102). Dengan semua ini, terdapat banyak hal dimana manusia tidak bisa tahu dan banyak hal lainnya dimana manusia tidak boleh tahu, atau mempertanyakan hal tersebut.
|